Lihat ke Halaman Asli

Ananda

Mahasiswa

Muh Hatta

Diperbarui: 2 Mei 2024   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Nama : Ananda
Nim    : 2022050103055

MOHAMMAD HATTA

Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta atau lebih kita kenal dengan nama Bung Hatta adalah Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. merupakan tokoh ekonomi, termasuk pelopor koperasi yang membuatnya dijuluki sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Nama Asli : Mohammad Athar
Nama Lengkap :  Drs. H, Mohammad Hatta
Nama Panggilan : Hatta, Bung Hatta
TTL : Bukit Tinggi, 12 Agustus 1902
Ayah : Djamil
Ibu : Siti Saleha
Istri : Rahmi Rachim
Agama : Islam
Memulai Pendidikan Formal di Sekolah Swasta selama 6 Bulan,
Melanjutkan ke Sekolah Rakjat selama 3.5 Tahun,
ELS (Sekarang SMAN 1 Padang) hingga tahun 1913,
Melanjutkan ke MULO hingga tahun 1917.
Ketertarikannya pada ilmu ekonomi dan perdagangan membuat Hatta yang saat itu berusia 19 tahun melanjutkan studinya ke negeri Belanda pada 3 Agustus 1921. Pada  September 1921, sampailah Hatta di Belanda dan langsung mendaftarkan diri ke Sekolah Tinggi Dagang (Handels Hogeschool, sekarang Erasmus University) di kota Rotterdam. Tak hanya belajar di Belanda, tetapi Hatta juga belajar di negara-negara Skandinavia. Pada 1925, bersama temannya, Samsi, Hatta mengunjungi Denmark, Norwegia, dan Swedia untuk mempelajari koperasi.
Di negara bagian utara Eropa tersebut, ia mempelajari koperasi, mulai dari sistem organisasi ekonomi yang dimiliki bersama secara demokratis oleh anggota-anggotanya. Di Denmark, ia menyaksikan bagaimana koperasi pertanian membuat petani dan peternak bisa mengekspor mentega, keju, dan telur ayam ke Amerika Serikat. Di Swedia, ia menyaksikan kesuksesan koperasi konsumsi. Di Norwegia, ia melihat koperasi yang dibentuk para nelayan menghasilkan bisnis perikanan yang semarak. Dari mempelajari koperasi dari negeri nan jauh inilah mengantarkan Hatta menjadi sosok Bapak Koperasi Indonesia. Karena menurut Hatta dan pemimpin pergerakan Indonesia yang lain, koperasi lebih memiliki semangat nasionalisme tinggi dan tidak bercorak kapitalisme yang tak cocok dengan alam Indonesia. Maklum, koperasi punya persamaan dengan sistem sosial asli bangsa Indonesia, yakni kolektivisme. Masyarakat Indonesia pun sedari dulu dikenal gotong royong, gemar tolong-menolong. Sementara koperasi juga menganut prinsip serupa dengan semangat saling membantu.
Lebih lanjut, Bung Hatta mengatakan, koperasi juga akan mendidik semangat percaya pada kekuatan sendiri (self-help). Setidaknya, semangat self-help ini dibutuhkan untuk memberantas penyakit "inferiority complex" warisan kolonialisme. Lebih penting lagi, kata Bung Hatta, koperasi bisa menempa ekonomi rakyat yang lemah agar menjadi kuat. Koperasi bisa merasionalkan perekonomian, yakni dengan mempersingkat jalan produksi ke konsumsi. Bagi Bung Hatta, koperasi merupakan senjata persekutuan si lemah untuk mempertahankan hidupnya. Dengan rasa peduli Hatta kepada rakyat dan ekonomi Indonesia, Hatta mendorong gerakan ekonomi kerakyatan melalui koperasi. Menurut Hatta, tujuan negara yaitu memakmurkan rakyat dengan berlandaskan atas asas kekeluargaan dan bentuk perekonomian yang paling cocok bagi Indonesia adalah 'usaha bersama' secara kekeluargaan.
Dua tahun setelah Indonesia meraih kemerdekaan, pada 12 Juli 1947, Hatta - yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI - mengadakan Kongres Koperasi I di Tasikmalaya yang menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi di Indonesia. Seusai Indonesia meraih pengakuan kedaulatan dari Belanda, Pada 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato radio dalam memperingati Hari Koperasi di Indonesia. Atas kontribusi Hatta terhadap perekonomian Indonesia, Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada tahun 1953 saat kongres II di Bandung.

Terdapat 7 prinsip operasional koperasi Indonesia secara internal dan eksternal yang dikembangkan Hatta, yaitu:
1.Keanggotaan sukarela dan terbuka
2.Pengendalian oleh anggota secara demokratis
3.Partisipasi ekonomis anggota
4.Otonomi kebebasan
5.Pendidikan
6.Pelatihan dan informasi
7.Kerjasama antar operasi serta kepedulian terhadap komunitas




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline