Lihat ke Halaman Asli

Dampak Ditinggalkannya Filsafat terhadap Kemunduran Umat Islam

Diperbarui: 1 November 2021   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Filsafat berasal dari kata "Philo" yang berarti cinta, dan "Shopia" yang berarti kebenaran, hikmah, kebijakan, dan pengetahuan. Filsafat diciptakan dari rasa ingin tau seseorang terhadap suatu hal, dengan filsafat dapat membuat manusia menjadi pintar. Sebuah pemikiran atau pembenaran yang logis bisa diperoleh dari manusia yang mencintai kebijakan karena manusia yang menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang. Filsafat merupakan inti atau pengetahuan tertinggi dari ilmu pengetahuan. Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari fenomena dan berbagai realita untuk menemukan kebenaran yang logis. Filsafat pendidikan memberikan pandangan kepada teori pendidikan seperti, yang pertama pandangan  tentang manusia.

Islam merupakan pemberikan gagasan kreatif kepada pendidikan, mampu menganalisa masalah pendidikan, memberikan panduan dan pedoman, dan memeriksa. Kelima, cara-cara belajar, pendidikan merupakan suat hal yang terus di upgrade setiap masa, selalu memiliki perbedaan dari zaman ke zaman. Pendidikan tidak akan maju jika tidak disertai dengan pembaruhan atau upgrade  dengan ilmu dan teknologi yang semakin berkembang, itulah mengapa pendidikan memerlukan filsafat.

Pembahasan

Sepanjang sejarahnya sejak awal pemikiran Islam ada dua model yang saling bersaing dan berkembang, yang berdampak besar bagi perkembangan pemikiran Muslim. Berawal dari pemikiran tradisional, selalu berlandaskan pencerahan, dan kemudian berkembang menjadi pola pikir tasawuf yang sangat memperhatikan aspek internal dan moralitas manusia. Pada saat yang sama, dari mode berpikir rasional yang terkait dengan pikiran, dihasilkan mode berpikir empirisme rasional. Model bentuk kedua selalu memperhatikan perkembangan intelektual dan penguasaan materi. 

Di era klasik, dua kerangka pikir ini menghiasi umat Islam. Setelah cara berpikir rasional diambil alih dan dikembangkan oleh dunia Barat, dunia Islam meninggalkan cara berpikir ini. Satu-satunya yang tersisa di dunia Islam adalah cara berpikir sufi. Dalam hal inilah sains dan filsafat dunia Islam disebut kemunduran.(Fajar, 1986) Ini adalah fakta sejarah bahwa pemikiran Islam telah membuat kemajuan besar antara abad ke-8 dan ke-13. Ini memberikan arti yang sebenarnya. Akibatnya, di Eropa, sebagai suatu peraturan, kedewasaannya menjadi fondasi utama Renaisans Eropa, yang disebut Renaisans.

Kemudian pemikiran Islam menurun setelah abad ke-13 M dan terus melemah hingga abad ke-18 M. (M. M. Syarif, 2015) Akibatnya, upaya pengembangan intelektual terbengkalai, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam menjadi semakin statis, karena kemampuan berpikir generasi penerus tidak dapat membuat kreasi baru, bahkan menyebabkan ketidakmampuan mengatasi problem yang dihadapi seseorang akibat dari perubahan dan perkembangan zaman.

Kehancuran dan kemerosotan yang dialami umat Islam, khususnya dalam bidang kehidupan intelektual dan material, serta cepatnya perpindahan pusat-pusat kebudayaan dari dunia Islam ke Eropa, telah menimbulkan rasa lemah dan frustasi di kalangan umat Islam. Hal ini menuntun mereka untuk mencari bimbingan dan landasan dalam hidup yang dapat membimbing hidup mereka. Oleh karena itu, mazhab tradisionalisme memiliki tempat di hati masyarakat luas. Mereka menyerahkan semuannya kepada Tuhan.

Kesimpulan 

Terjadinya pemberontakan yang disertai dengan serangan dari luar menyebabkan kehancuran dan menyebabkan terhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia Islam. Pada saat yang sama, obor pemikiran Islam telah diteruskan kepada orang-orang Kristen, dan kemudian mereka mengikuti jejak Muslim dan menggunakan ide-ide yang mereka peroleh dari pemikiran Islam.

Para penguasa pada abad 12 M - 18 M umat islam tidak diperikan opportunity untuk perkembangan ilmu dan budaya islam.Antara abad 13 dan 18 M umat Islam, khususnya penguasa, tidak memberikan kesempatan bagi perkembangan ilmu dan budaya Islam. Jika para pejabat pemerintah pada awalnya sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan sangat menjunjung tinggi para ahli ilmu pengetahuan, maka para ulama yang telah menyaksikan gejolak tersebut tidak lagi merasa tenang dalam kemerosotan dan kemerosotan kehidupan umat Islam yang ditandai dengan perbedaan dan aliran agama. Ketika datang dengan ide-ide baru untuk menenangkan kekacauan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline