Lihat ke Halaman Asli

Ananda Putri Listari

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Angkatan 2022

Konsep Negara Ideal dalam Perspektif Thomas Hobbes

Diperbarui: 16 November 2022   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara ideal menurut Thomas Hobbes adalah dimana negara tersebut seperti makhluk raksasa yang sangat besar dan menakutkan yang menggelitimasikan diri karena hanya kemampuannya untuk mengancam. Dalam perekayasaan negara Thomas Hobbes ini menggunakan paham perjanjian oleh pihak negara. 

Menurutnya negara berasal dari suatu perjanjian yang bebas antara individu-individu yang belum bermasyarakat. Sebelum perjanjian sosial ada, manusia diibaratkan hidup dalam keadaan pra masyarakat atau state of nature, kondisi di mana terdapat kebebasan mutlak dari setiap individu (absolute freedom). Manusia berada dalam kedudukan yang sama, dan melakukan berbagai cara untuk membela haknya dan mereka berada di dalam situasi persaingan yang akibatnya individu-individu saling mencurigai dan bersikap bagaikan serigala terhadap manusia lainnya (homo homini lupus).

Menurut Thomas Hobbes jika tidak ada sebuah negara, maka manusia akan punah karena tujuan didirikannya negara sendiri adalah untuk menjamin eksistensi manusia. Akan tetapi setelah tercipta, maka penguasa politik (negara) mempunyai kekuasaan mutlak (absolute power). Dan kemutlakan wewenang negara dimaksudkan agar manusia dapat hidup tentram, teratur dan damai. Sifat mutlak negara menyebabkan apa yang harus dianggap adil itu ditentukan oleh negara. 

Negara mempunyai wewenang penuh untuk menetapkan apa yang baik dan apa yang buruk, dan sebagainya. Negara juga tidak mempunyai kewajiban atas pertanggungjawaban tindakannya. Hal ini dapat terjadi karena individu telah menyerahkan semua haknya pada negara. Adanya absolute power menjadikan negara Thomas Hobbes benar-benar sebagai Sang Leviathan.

Thomas Hobbes menggambarkan sebuah negara sebagai hal yang menakutkan untuk menjadikan masyarakat yang taat. Ancaman negara yang sedemikian rupa itu akan dapat menghentikan kekacauan yang ada di antara manusia, sebab yang dimaksud taat berarti hidup, sedangkan yang dimaksud membangkang berarti mati. 

Kelemahan konsepsi negara Thomas Hobbes terutama terletak pada tidak adanya lembaga kontrol, karena adanya pembatalan terhadap penyalahgunaan kekuasaan hanya tergantung dari kesadaran penguasa sendiri.

Di samping itu kekuasaan negara hanya berdasarkan perasaan takut warga negara (rakyat). Negara yang hanya mendasarkan kemampuan untuk mengancam, secara struktural akan rapuh sifatnya dan negara itu mustahil akan bertahan lama.

Kemudian konsepsi Thomas Hobbes tentang kedaulatan tetap mengakui wilayah privat yang bebas dari intervensi negara, terutama menyangkut bertahan hidup. Karena ketika suatu saat penguasa tidak mampu lagi untuk melakukan kontrol efektif, manusia kembali pada state of nature dan memilih Leviathan baru. 

Untuk menjamin agar hal itu tidak terjadi, maka kekuasaan negara tidak terbatas. Bentuk negara yang ideal adalah setiap hal yang diinginkan manusia baik setiap ras maupun setiap individu yang ada di dunia ini, serta yang menjalankan sistem sosial multistruktural yang super kompleks, setiap manusia tentunya mendambakan keidealan serta proporsi dalam bentuk apapun dan versi apapun. Manusia tentunya akan mengharapkan suatu keadilan dan tatanan masyarakat ideal yang menjamin kehidupannya.

Sebagai wujud dalam mewujudkan kehidupan yang ideal manusia berusaha memikirkan suatu konsep bentuk tatanan negara yang ideal, dimana manusia sebagai zoon politicon (makhluk politis) serta organisme struktural yang banyak merumuskan pandangan-pandangan ideal mengenai tatanan masyarakat yang dalam lingkupnya itu mencakup rasa aman, solidaritas, kedamaian dan perlindungan dengan supremasi pengayoman bersama. Dan ingat bahwasannya manusia adalah makhluk eksistensial yang selalu berpikir : seperti kata Descartes dalam kalimat perenungannya yang terkenal “Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada).

Thomas Hobbes banyak menyinggung konsep gereja dalam konsep Leviathannya, menurut Thomas Hobbes agama adalah alat suprematif yang dapat digunakan oleh lembaga negara (Raja) untuk mengikat dan memaksa seseorang untuk tunduk dalam kekuasaan negara yang monopolistik dan hegemoni. Menurut Thomas Hobbes seperti Leviathan, negara haruslah berkuasa mutlak dan ditakuti oleh semua rakyatnya, karena hanya dengan cara inilah manusia-manusia dapat mengalami ketertiban dan sebuah kebahagiaan yang ideal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline