Lihat ke Halaman Asli

Caleg Nyabu, Pantaskah Menjadi Wakil Rakyat?

Diperbarui: 19 Oktober 2017   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggota Dewan, baik di DPR Pusat maupun Daerah, seringkali diklasifikasikan sebagai orang-orang yang terhormat. Sebagai wakil rakyat, mereka dibebani tugas untuk menjadi ‘manusia setengah dewa’ yang dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh konstituennya.

Jika dalam mitologi Yunani, Setengah Dewa adalah makhluk yang lebih kuat, lebih berani, lebih cepat daripada manusia pada umumnya dikarenakan unsur dewa dalam diri mereka.

Sebagai calon ‘manusia setengah dewa’, calon legislatif (caleg) diharuskan mempunyai ‘unsur dewa’. Bukan saja dituntut untuk bisa lebih kuat, dan lebih berani, calon ‘manusia setengah dewa’ juga harus mempunyai kompetensi, etika, dan moral yang tinggi agar bisa diangkat menjadi ‘manusia setengah dewa’.

Ini juga sejalan dengan apa yang pernah dikatakan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Pratikno: “Ke depan para pemimpin harus punya moral dan pengetahuan, tidak hanya sekadar memiliki otoritas memimpin.”

Tetapi, apa yang dikatakan Rektor UGM itu jauh panggang dari api dengan apa yang dicontohkan Purnama Wahid alias Eva. Caleg DPRD Makassar dari Partai Hanura ini ramai diberitakan akibat foto-fotonya menyebar di kalangan masyarakat luas. Dalam foto tersebut, Eva terlihat sedang menghisap sabu-sabu di sebuah ruangan.

Terlepas apa motif yang melatarbelakangi tersebarnya foto Eva. Yang jelas, tentu kita akan sepakat, jika menghisap sabu adalah perbuatan yang tidak baik; jauh dari nilai etis dan moral. Dan lebih penting lagi, persoalannya: apalagi, Eva adalah calon Anggota Dewan.

Lalu, apa jadinya jika Gedung Dewan yang terhormat itu dihuni oleh orang-orang yang menjaga dirinya sendiri saja tidak bisa? Pantaskah jika orang-orang yang tidak bisa menjadi wakil dalam dirinya sendiri dipilih menjadi wakilnya rakyat banyak?

Pada akhirnya, meskipun begitu, rakyat Makassar harus tetap memilih wakil rakyat sesuai dengan hati nuraninya. Sayangnya, pilihannya, tetap termasuk Eva, sebab sepertinya Hanura tetap bersikukuh untuk mempertahankan ‘Srikandinya’ itu.

Padahal, seorang Niccolo Machiaveli saja, yang disinonimkan sebagai sebuah kelicikan dan kepalsuan, dalam karyanya yang berjudul Il Principle berkata: Namun, apabila manusia dikatakan tidak baik, dan mereka tidak menjalankan kepercayaan mereka kepada Anda. Maka, Anda tidak harus mempercayai mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline