Lihat ke Halaman Asli

Misbahul Anam

Guru swasta, belajar selamanya

Pekan Peringatan Lahirnya Pemimpin Dunia

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image : hizbut-tahrir.or.id

[caption id="" align="aligncenter" width="333" caption="image : hizbut-tahrir.or.id"][/caption]

Anta syamsun anta badrun

Anta nurun fawqa nuri

(Engkaulah matahari, engkaulah purnama.Engkau cahaya di atas cahaya)...

Nasabun tahsibul 'ulâ bihulâhu

qalladathâ nujûmahal jawza-u

(Inilah rangkaian nasab yang dengan menyunting namanya menjadi tinggi, laksana gemerlap bintang Aries di antara bintangbintang yang mengelilingi).

Habbadzâ 'iqdu sûdadiw wa fakhâri

anta fîhil yatimatul 'ashma-u

(Indah nian untaian yang sangat mulia dan membanggakan itu, dan engkau tak ubahnya liontin berkilau di dalamnya)

Muludan, Berjanjen

Alunan syair-syair indah tentang sejarah dan kemuliaan Muhammad saw berkumandang di berbagai musolla, pondok,  mesjid, institusi pendidikan, dan majelis taklim selama 12 (dua belas) hari sejak tanggal 24 Januari hingga puncaknya tanggal 4 Februari 2012, atau tepat hari lahir Nabi Muhammad saw tanggal 12 Rabiul Awal.

Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Jawa bulan Rabiul Awal disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten

Tradisi memuliakan kelahiran Nabi dan Rasul Akhir zaman ini sering disebut dengan istilah Perayaan Maulid atau Muludan. Muludan lazimnya dilaksanakan usai shalat maghrib atau isya’. Bahkan di sebagian daerah dilaksanakan usai shalat Dhuhur atau Ashar.

Dengan tradisi ini menjadikan tempat-tempat ibadah semarak dari hari-hari biasa dan mampu menjadikannya sebagai wahana silaturrahim dan interaksi sesama warga menjadi lebih intens, di mana karena kesibukan aktivitas rutin warga di lingkungan tempat ibadah, hanya bisa hadir pada saat berjamaah sholat fardhu saja.

Menggunakan sistem bergantian dalam memimpin alun syair Barzanji, membuat remaja berlomba mencipkan irama yang paling indah dan variatif, layaknya komposer musik.

Kesemarakan Muludan tambah terasa apabila anak-anak juga turut serta untuk sekedar menunggu dibagikan jajan setelah acara selesai. Dengan cara begini orang tua berkesempatan mendidik mengenalkan tempat dan cara praktik beribadah sekaligus menunjukkan pentingnya bersosialisasi dengan warga lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline