Lihat ke Halaman Asli

Golput Salah Siapa?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Analisa Adah

Indonesia dikenal dengan negara yang demokratis, tepatnya demokrasi pancasila. Semua aturan tidak boleh bertentangan dengan jiwa luhur dari sila-sila yang terdapat dalam norma dasar tersebut yaitu pancasila. Adapun salah satu ciri dari negara yang demokrasi yaitu pemilihan umum dengan beragamnya multi partai, yaitu rakyat dapat memilih wakil rakyat sesuai dengan keinginanya dengan harapan dapat menghantarkan pada suatu sistem dimana keinginan rakyat terpenuhi. Tetapi, walaupun di Indonesia sejak 2004 sampai sekarang telah melakukan pesta demokrasi baik pada tingkat pusat maupun ditingkat lokal masih saja banyak kekurangan serta kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki guna mencapai suksesnya pesta demokrasi baik pada masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Kekurangan-kekurangan dan kesalahan yang pernah terjadi pada pemilu sebelumnya menjadikan banyak masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya maupun menggunakan hak suara tetapi cacat/ hangus. Ironisnya mayoritas pengguna hak suara golput yaitu orang-orang yang berpendidikan tinggi/kaum intelektual. Adapun berbagai alasan terjadi tingginya golput, yaitu antara lain:

Kurangnya Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik ialah suatu kegiatan dimana seseorang atau kelompok memberikan penjelasan/ pengetahuan seputar politik yang diberikan oleh Partai politik maupun lembaga pendidikan kepada masyarakat atau peserta didik. Tujuanya agar masyarakat mengetahui bahwa politik itu penting bagi berjalanya sistem pemerintahan Indonesia dan terselenggaranya masyarakat yang adil dan makmur serta tidak berbuat anarkis. Tanpa dilakukannya sosialisasi yang berkaitan dengan politik masyarakat akan semakin apatis dengan percaturan politik di bangsa ini dan tidak terselenggaranya pemilu yang sukses. Diharapkan pemilu tahun 2014 ini akan sukses dan minimnya angka golput, sehingga dapat menghasilkan pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab dan menyejahterakan rakyatnya.

Partai Politik yang tidak tepat janji

Banyak partai politik yang mengembor-gemborkan visi dan misi ketika akan diadakan pemilihan umum, tetapi dalam kenyataan yang sering terlihat bahwa visi dan misi yang semula dijanjikan kepada rakyat tak juga direalisasikan. Janji hanya sekedar janji. Setelah terpilihnya suatu partai politik ataupun pejabat publik, mereka hanya mementingkan kepentingan sendiri dan partainya tidak memihak rakyat. Katanya ingin menyejahterakan rakyat di segala aspek kehidupan, tetapi yang ada sekarang ini masyarakat malah sengsara terkait dengan polah tingkah buruk para pejabat publik yang terekspos di media masa maupun dimedia elektronik. Kini kekuasaan sudah sering kali disalahgunakan. Padahal banyak rakyat menaruh harapan pada pejabat publik agar kehidupan semakin baik dan terkendali.

Kurang berkualitasnya Penjabat Publik

Pejabat publik itu diharapkan mempunyai kualitas dalam menjalankan wewenangnya sebagai wakil rakyat. Wewenangnya itu berupa pertanggungjawaban penuh terhadap rakyat, mampu mengayomi dan yang paling penting ialah dapat menyejahterakan rakyat. Tetapi anehnya negeri ini, yang punya uang dialah yang berkuasa. Orang yang tak mampu menjadi pemimpin bisa menjadi penguasa alias bisa menjadi pejabat publik. Suara rakyat dibeli, dan akhirnya rakyatlah yang menderita karena tidak mementingkan rakyat namun malah mementingkan pribadinya sendiri.

Pada intinya bahwa Golput itu bukan 100% kesalahan masing-masing rakyat yang tidak mau menggunakan hak suaranya, tetapi golput itu dilakukan agar pejabat publik dipaksa untuk berubah baik itu dalam sistemnya, kinerjanya maupun tanggung jawabnya kepada rakyat. Selain itu karena pejabat publik kurang dekat dengan rakyat maka ini juga salah satu alasan rakyat untuk memilih golput. Semoga pesta demokrasi tahun ini dan seterusnya bisa kearah yang lebih baik, baik itu bagi pejabat publik maupun rakyatnya. Kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekuranganpada pemilu sebelumnya harus diperbaiki, sehingga dapat terselenggranya masyarakat yang demokratis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline