Lihat ke Halaman Asli

Rukhsah Ana Lathifah

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Tadris IPS

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan Manusia

Diperbarui: 2 November 2024   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hereditas adalah totalitas karakteristik yang diwariskan dari orang tua kepada anak  melalui gen. Secara sederhana, hereditas dapat diartikan sebagai pemindahan sifat dari  generasi ke generasi melalui proses reproduksi. Definisi Lingkungan mencakup berbagai kondisi, situasi, dan interaksi sosial yang mempengaruhi perkembangan individu. Berdasarkan pandangan hereditas, gen yang berasal dari karakteristik bawaan yang diwariskan (genotip) oleh orang tua dapat mempengaruhi karakteristik seorang individu. Gen tersebut kemudian akan terlihat sebagai karakteristik tertentu yang dapat diobservasi (fenotip).

Dalam penelitian Sholihah & Niam (2019) menyatakan bahwa faktor hereditas dan lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan individu. Faktor hereditas dan lingkungan bersama-sama mempengaruhi proses pembentukan kepribadian manusia dengan izin Allah Swt. Sedangkan proses pembelajaran dapat dinilai sebagai proses kunci dalam Pembentukan kepribadian manusia dengan mempertimbangkan berbagai perspektif dalam menjalankan aktivitas pembelajaran. Dua faktor tersebut (hereditas & lingkungan) berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang peserta didik.

Adapun pembagian dalam pengaruh hereditas, yaitu Perkembangan Fisik, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Emosional. Selain itu, ada juga pembagian dalam pengaruh lingkungan, yaitu Lingkungan Fisik, Lingkungan Sosial dan Pendidikan dan Pengasuhan. Perkembangan individu adalah hasil interaksi kompleks antara hereditas dan lingkungan. Keduanya saling mempengaruhi potensi bawaan dapat dimaksimalkan atau terhambat oleh kondisi lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman tentang kedua faktor ini sangat penting dalam psikologi perkembangan untuk mendukung pertumbuhan optimal individu.

Istilah perkembangan sangat jarang ditemukan dalam kamus sosiologi. Istilah yang biasa digunakan dalam bidang sosiologi adalah evolusi (evolution), kemajuan (progress) dan perubahan (change). Sedangkan perkembangan (development) sering dipakai dalam bidang pendidikan dan psikologi, sosiologi pendidikan adalah gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda, kiranya sah-sah saja untuk menggunakan istilah perkembangan (development) yang mempunyai makna sama dengan istilah perubahan (change) dan evolusi (evolution).

Yang dimaksud dengan teori perkembangan sosial anak di sini adalah teori yang dipakai dalam bidang filsafat dan sosiologi tentang perkembangan manusia. Jika dalam psikologi pendidikan dibahastentang perkembangan manusia dari sisi psikologis, maka dalam sosiologi pendidikan dibahas tentang perkembangan manusia dilihat dari segi  sosiologi. Pendidikan menjadi unsur paling penting untuk menciptakan sebuah perubahan, sehingga tidak  terpisahkan dari pengalaman-pengalaman real dari usia bayi bahkan dari dalam kandungan  ibu sampai masa tuanya, manusai selalu belajar untuk bisa membentuk diri.

Proses pembentukan diri juga tidak terpisahkan dari peran orang-orang di sekitar karena pada prinsipnya manusai adalah makluk social, selalu berinterkasi dengan manusia lain. Dalam konteks pendidikan, guru menjadi orang tua peserta didik untuk mendapat pengetahuan  atau pendidikan dari sang pendidik atau guru. Guru peran sebagai pembimbing yang akan  melatih, mengasah,mengajar, dan mendidik peserta didik mengembangkan pikir dan  tingkah laku atau karakter.

Terdapat satu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat satu inti pribadi yang mendorong manusia untuk  mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas. Pandangan-pandangan tersebut tampak antara lain adalah psikologi humanistik Carl R.  Rogers, maupun pandangan phenomenology atau humanistik lainnya.

Nativisme dipelopori oleh Arthur Schopenheur (1788-1780) seorang filosof Jerman yang berpendapat bahwa "mendidik merupakan membiasakan seseorang menumbuhkan dan membesarkan serta mengembangkan potensi-potensi yang dibawa  anak sejak lahir".

Inti ajarannya adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa bakat. Aliran ini disebut juga dengan aliran pesimistik, Karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang berbakat tidak baik akan tetap  tidak baik,sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Namun demikian aliran ini  berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan  seseorang maka tidak akan ada gunanya.

Adapun Tujuan Teori Nativisme Yaitu, Menemukan bakat terpendam yang dimiliki, Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli dan Memotivasi tiap individu untuk menentukan sebuah pilihan. Nativisme berpendapat bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak ditentukan oleh potensi sejak lahir dan lingkungan tidak mampu untuk merubahnya. Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan  manusia yaitu, Faktor Genetik, Faktor kemampuan Anak dan Faktor Pertumbuhan Anak.

Ada lima pembawaan yang diwariskan orang tua kepada anaknya daalm teori Navitisme yang di antaranya, Pewarisan yang bersifat jasmaniah seperti warna kulit,bentuk tubuh,dll, Pewarisan yang bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan, Pewarisan yang bersifat tingkah laku, Pewarisan yang bersifat alamiah (internal), dan Pewarisan yang bersifat sosiologis (eksternal).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline