Lihat ke Halaman Asli

Pakar Hukum Masal

Diperbarui: 9 Mei 2017   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup lelah gw buka media sosial hari ini baik instagram dan facebook, hampir semua orang bikin status tentang keadilan. Begitu cepatnya keadaan ini mengubah seseorang menjadi pakar hukum.

Pakar hukum bermunculan dimana-mana, mulai dari anak SMA sampai orang tua dengan menuliskan RIP keadilan indonesia dan selamat jalan keadilan indonesia, keadilan Indoensia mati sekarang. Ya gw bukan iri atau gimana ya cuma satu hal yang gw pikirkam saat ini, kita sama-sama tahu bahwa keadaan Indonesia sedang tidak kondusif seharusnya status yang kita buat adalah status yang menyejukan bukan status yang justru menambah panasnya api yang sudah ada.

baru-baru ini gw bikin status di Facebook, isinya sederhana gw cuma bilang ada banyak orang yang saat ini mengkritik kalau keadilan di Indonesia telah mati pake kata RIP dan segala macam lah di bikin, dan gw lanjutkan tulisan gw semua ini justru membuat suasana menjadi lebih panas cobalah untuk menyejukkan seperti ademmm sariii" ya kurang lebih begitu status yang gw bikin di Facebook.

Tidak lama setelah saya membuat status itu kemudian ada yang mengomentari, dek kalau kamu tidak ngerti jangan tulis di Fb, ini tentang perasaan rakyat. kebetulan dia adalah kakak kelas gw waktu masih di SMTK, kemudian gw balas "wah justru karena saya ngerti makanya saya nulis kak, dan saya juga rakyat dan saya juga ahokers. kemudian perbincangan terus berlanjut.

inti yang gw mau bagiin hari ini adalah  we must be wise, keadaan yang buruk hanya akan menjadi lebih buruk ketika diberi komentar yang buruk. Cobalah menjadi pribadi yang lebih melihat makna di balik kejadian, bukam melihat penyebab dibalik kejadian. 

Padahal kita lihat dari sosok Ahok yang tetap senyum walaupun sudah divonis 2 tahun, dan kita para pendukungnya kadang menjadi lebih emosi daripada dia yang menanggunya, 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline