Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Kesedihan hanyalah Sebuah Jembatan Menuju Kebahagiaan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

zwani.com myspace graphic comments

Cinta….. Sebab cinta tak butuh terlalu banyak kata Buang semua puisi yang pernah kuberi ! Lupakan semua kata mesra yang kuucap ! Perhatikan saja berapa lama aku disini Berhentilah untuk menatap masa lalu Rajutlah impian kita setiap waktu Tanpa ada egomu… tanpa ada egoku Berjalanlah bersama sebagai satu Sebab cinta tak hanya ingin sementara Belajarlah untuk s’lalu mengerti Belajarlah untuk s’lalu memberi Jadikan kesuciannya itu abadi s’lamanya Sesekali Ada kala aku merasa sepi Ada kala aku merasakan lagi Ku tahu… kau kini tak lagi sendiri Ku tahu… mungkin aku tak lagi kau ingini Aku hanya merindukanmu Di sejenak pagi Aku hanya ingin kau tahu Bukan tuk kembali Ketika Seseorang Itu Pergi Meninggalkanmu Ketika ia akhirnya beranjak pergi dari hidupmu Sesungguhnya ia tak pernah mengkhianatimu Justru ia telah jujur teramat jujur kepadamu Hanya saja hatimu tak menginginkan kejujuran itu Kau mau yang palsu… asal sesuai dengan ego dan hasratmu Ketika seseorang itu pergi meninggalkanmu Lalu berjalan beriring dengan seseorang dari dekatmu Itulah waktu terbaikmu menunjukkan besarnya ketulusanmu Memang akan sakit dan mungkin meremukkan dinding kalbu Bukankah setiap insan juga ingin mengejar bahagia, sadarkah kamu? Kawan…relakanlah cinta ketika telah tiba saatnya ia pergi Renungkanlah perjalanan indahmu bersamanya lalu temukanlah putih Jauhkanlah rasa sakit hati sebab cinta tak untuk bermuara pada benci Berhentilah sejenak untuk meminta, lekaslah mulai memberi Kelak kau akan kembali bahagia, terlebih jika itu lah yang sejati Percayalah… Kuatkanlah… Berdirilah… Berjalanlah… Sebab bagaimanapun engkau seorang lelaki. Twitter Background Hari ini aku mencintaimu Seperti kemarin ketika rasa ini mulai tumbuh Hari ini aku tetap mengharapkanmu Seperti mula aku memintamu mendampingku Hari ini tak ada satupun yang berubah Hanya waktu yang semakin panjang untuk sebuah penantian Tapi kupastikan… hari ini tetap kan ada sepanjang masa Kau tak pernah menjadi siapa-siapa Selain kedekatan berdua di sepenggal masa Memang engkau pernah kusuka Andai tak berbatas usia, kan ku kejar cinta 5 Tahun sudah semuanya berlalu Namun rasa tak pernah sungguh pergi dariku Meski kutahu pasti takkan ada aku-kamu Perkenankan aku mengungkapkan semua rindu Apalah Adakah aku telah salah? Adakah aku kembali bermain-main dengan harapan? Adakah aku terlalu berharap bahwa semua yang terucap akan terwujud tanpa reversi realita ? Entahlah. Ketika emosi bukan mutlak milikku seorang diri, kegamangan untuk mengungkapkan kejujuran perasaan selalu menyertai. Adakah sebaiknya aku diam, dan membiarkan perasaan ini tergerogoti rayap-rayap kekecewaan ? Rasanya juga tak seharusnya seperti itu, sebab aku mencintaimu bukan untuk menyakiti perasaanku sendiri. Adakah aku dulu yang membentukmu menjadi seperti ini, ataukah memang kau telah berevolusi menjadi seseorang yang tampak sama diluar namun jauh berbeda di dalam? Oh… aku tak tahu, dan tak sedikitpun perkiraanku dapat memberikan jawaban yang menenggelamkan ‘aku’ dalam ketenangan. Entahlah… Terima kasih…. Hanya itu yang bisa ku ucap ketika semuanya harus berakhir tanpa koma. Baru kusadari ternyata janji dan cinta itu tak pernah sungguh-sungguh mengikat hati. Untuk selalu mencintai. Sesuai janji. Hari ini, sekian tahun sudah sejak waktu itu. Kepergianmu masih membayang, rasa untukmu tak juga hilang. Padahal aku lelah merasakan semua yang masih tersisa. Kawan, benarkah kesedihan hanyalah sebuah jembatan menuju kebahagiaan? Ataukah kebahagiaan itu sendiri yang merupakan sebuah perhentian sementara bagi kesedihan?. Ingin rasanya selalu ‘kugenggam’ “Habis gelap terbitlah terang”, andai saja itulah yang selalu terjadi dalam kenyataan. Terkadang semuanya terjadi berlawanan. Hingga kini hatiku bimbang. Terima kasih untuk semua manis yang pernah kita jalani bersama. Terima kasih untuk senantiasa jujur sejak mula kita menjalin cinta hingga akhirnya terasa menyesakkan dada. Tidak ada yang salah dengan kejujuranmu, tidak pula salah dengan cinta yang telah berlalu. Tidak akan pernah ada dendam, atau sakit hati apapun namanya. Kekecewaan hanyalah urusan bagaimana kenyataan sekarang bisa mengajarkan pada impian bahwa jerih payah, dan kesetiaan pun masih belum cukup untuk mewujudkan semuanya menjadi nyata. Kini kau pergi, kini semuanya kembali menjadi sekedar mimpi. Terimakasih. Adakah engkau disana sepertiku…….?? memasuki dunia tanpa musim dimana aku dapat tertawa meski tak sepenuhnya dimana aku dapat menangis meski tak habiskan air mata memandang burung dan ombak dari rahim samudra yang membisikkan musim ke ujung kehidupan cintaku………… kau tak mengenal aku siapa akupun kau tak tahu tapi cintaku akan tetap tinggal dan bekas jarinya tak akan pernah terhapus Adakah engkau disana sepertiku…..?? yang tidak mengukur kerinduan dengan sebuah tongkat yang berkilau yang tak mampu mengucapkan kedalaman kerinduan yang merasakan bahwa kekuatan untuk mencintai adalah tanpa batas aku yang terkurung……..mengambil sayap tapi tak mampu mengarungi angkasa bebas betapa sedihnya……… bila aku harus melepaskan sayap itu dengan tanganku sendiri……… Engkau cintaku………….. aku mendengar panggilanmu dari balik lautan dan merasakan sayap - sayapmu membelaiku aku ingin berlari kepadamu…….. namun kakiku terkurung diantara dua lampu aku hanya bisa berdiri di sini menangisi dan mendengarkan panggilan jiwamu cintaku…………… Sumber : Catatan Friendster Saya Dulu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline