Lihat ke Halaman Asli

7 Kebiasaan untuk Financial Freedom

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejatinya yang ingin kita raih bukanlah kekayaan, melainkan kebebasan Finansial. (Robert T. Kiyosaki)

Bukan merupakan hal yang ganjil, jika kita bercita-cita menjadi kaya. Menjadi aneh rasanya, jika kita malah tidak memiliki angan-angan untuk kaya. Lantas, sebenarnya apa kekuatan atau magnet kaya itu sendiri? Sehingga menjadi power inspirasi bagi siapapun untuk bisa kaya.

Menurut perspektif perbedaan kelas dalam suatu komunitas atau masyarakat, identifikasi kaya itu terletak pada harta benda yang dimiliki seseorang. Orang dikatakan kaya, kalau dia memiliki uang ribuan juta di rekening dan brankas rumah, memiliki rumah gedongan, kolam renang plus kolam ikan, ataupun memiliki merci. Tapi, salah satu ukuran kaya yang banyak dilupakan orang adalah jika harta orang yang kaya itu dikurangi oleh hutang-hutang, maka nilainya tidak minus melainkan plus.

Lantas, apakah kaya ini merupakan jaminan kita akan financial freedom (kebebasan financial). Saya yakin belum, dan begitu pula yang diyakini oleh Kiyosaki. Bagi yang berwawasan luas, pasti langsung membayangkan gambaran kaya bukan hanya memiliki asset dan harta semata, melainkan lebih dari itu. Inilah kemudian yang akhirnya mengartikan bahwa poin utama financial freedom, adalah terletak bukan pada kaya (rich) itu sendiri melainkan juga pada makmur (wealthy).

Financial freedom menurut Kiyosaki merupakan perpaduan antara kaya (rich) dengan makmur (wealthy). Dan orang yang kaya belum tentu dia juga makmur.Dalam bukunya yang berjudul Cashflow Quadran (1998), Kiyosaki mendifinisikan makmur sebagai lamanya seseorang dapat mempertahankan standar hidupnya tanpa dia atau anggota keluarga lain harus bekerja. Kemakmuran merupakan kemampuan aliran kas dari asset produktif atau penghasilan pasif seseorang yang memenuhi standar kehidupan normalnya. Jika satuan kekayaan diukur dengan satuan rupiah, maka kemakmuran ini diukur dengan waktu (bulan).

The True 7 Habits

Jika demikian, mampukah kita mengejar kekayaan sekaligus kemakmuran sehingga mencapai keadaan kebebasan finansial? Jawabannya tentu saja bisa. Masih terbentang luas kesempatan di depan kita untuk meraih segala impian. Menurut beberapa motivator, kebiasaan sehari-hari kita sangat menentukan tercapai tidaknya impian kita untuk kaya sekaligus makmur.

Meski tidak bisa dijelaskan secara rasional, namun jika 7 kebiasaan di bawah ini diterapkan dalam kehidupan, maka keberhasilan dalam mencapai kebebasan financial bisa segera terwujud. 7 kebiasaan tersebut adalah:

1.Kebiasaan mengucap syukur

Kebiasaan ini merupakan kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. dengan selalu bersikap syukur, pikiran kita juga akan tenang. Bahkan agama pun selalu mengajarkan kita untuk bersyukur. Mungkin salah satu kalimat terkenal Hellen Keller—yang merupakan sosok buta dan tuli, sekaligus sosok yang dikagumi di dunia—mampu membuat kita selalu bersyukur. Kalimat itu berbunyi, “Aku bersyukur atas cacat-cacat ini, aku menemukan diriku, pekerjaanku dan Tuhanku”. Bersyukur memang awalnya berat, namun bagaimanapun juga kita harus mulai mensyukuri kehidupan, mensyukuri berkat, kesehatan, keluarga, sahabat dan semua hal yang kita dapatkan. Hingga pada akhirnya kita akan bisa bersyukur pada kesusahan dan situasi buruk yang menimpa kita.

2.Kebiasaan berpikir positif

Pada dasarnya, hidup kita itu terbentuk oleh apa yang kita pikirkan. Kita pasti pernah mendengar, bahwa kesuksesan itu 90% adalah impian dan 10%-nya adalah kerja. Kalimat itu mungkin ada benarnya. Yang pasti berpikir positif selalu mengarahkan pada kebenaran, kebaikan, kasih saying, harapan dan suka cita. Jika kita mulai masuk dalam pikiran negative, kendalikan pikiran kita, dan segera arahkan kepada hal-hal positif. Jadikan berpikir positif sebagai kebiasaan dan kita akan melihat hal-hal positif yang akan kita alami.

3.Kemampuan Berempati

Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kelebihan yang dimiliki oleh banyak orang sukses. Dan salah satu unsure penting dalam berhubungan dengan orang lain, adalah empati, kemampuan atau kepekaan kita untuk memandang dari sudut orang lain. Jika kita bisa memiliki rasa empati, maka kita bisa mengerti perasaan orang lain. Sikap empati ini berlawanan dengan sikap egois, sikap egois merupakan sikap yang menuntut diperhatikan orang lain untuk selalu memperhatikan kita. Salah satu cara agar empati kita selalu terasah, adalah dengan mencoba menjadi pendengar yang baik.

4.Kebiasaan mendahulukan yang penting

Pikirkanlah apa saja yang paling penting, dan dahulukanlah. Jangan biarkan hidup kita terjebak dalam hal-hal yang tidak penting sementara hal-hal yang penting terabaikan. Mulailah memilah-milah mana yang penting dan mana yang tidak, kebiasaan mendahulukan yang penting akan membuat hidup lebih efektif dan produktif serta dapat meningkatkan citra diri kita secara signifikan.

5.Kebiasaan bertindak

Bila kita sudah mempunyai pengetahuan, sudah mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan sudah mempunyai kesadaran mengenai apa yang harus dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah bertindak. Biasakan untuk mengahargai waktu, lawanlah rasa malas dengan bersikap aktif. Banyak orang yang gagal dalam hidup karena hanya mempunyai impian dan hanya mempunyai tujuan tapi tak mau melangkah.

6.Kebiasaan menabur benih Prinsip tabur benih ini berlaku dalam kehidupan. Pada waktunya kita akan menuai yang kita tabur. Bayangkan, betapa kayanya hidup kita bila kita selalu menebar benih ‘kebaikan’. Tapi sebaliknya, betapa miskinnya Anda bila rajin menabur keburukan.

7.Kebiasaan hidup jujur Tanpa kejujuran, kita tidak bisa menjadi pribadi yang utuh, bahkan bisa merusak harga diri dan masa depan kita sendiri. Mulailah membiasakan diri bersikap jujur, tidak saja kepada diri sendiri tapi juga terhadap orang lain. Mulailah mengatakan kebenaran, meskipun mengandung resiko. Bila berbohong, kendalikanlah kebohongan itu sedikit demi sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline