Lihat ke Halaman Asli

Salah Siapa?

Diperbarui: 10 September 2019   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mimpi Itu Nyata Gak Sih?| Dokumentasi www.gb15photoworks.com

"Abaikan saja, abaikan saja aku yang telah bersemayam di dalam pikiranmu yang telah usang ini." -Mimpi-

Dialog itu terngiang - ngiang belakangan ini. Seketika aku merenung dan tenggelam dalam pikiranku saat suara itu bersahutan di dalam sana. Aku kesal, marah, dan merasa tidak berguna. Sebenarnya apasih yang telah aku lakukan selama ini hingga aku tak sempat mengurus ide - ide gila ku yang telah kujuluki sebagai Mimpi itu.

Selama ini, waktu ku habiskan untuk belajar dan mengerjakan tugas - tugas dari kampus. Aku merasa kualahan dengan semua ini. Belum lagi ada seminar, kegiatan sosial, dan ekstrakulikuler yang harus kuhadiri rutin setiap minggunya. Hal ini membuatku lupa akan impian besar yang pernah aku rencanakan tahun - tahun sebelumnya. Aku terlampau sibuk hingga waktu tak bersisa untuk menyentuh impianku ini.

"Bukan tak sempat. Kamu aja yang males!" -Mimpi-

Haruskah, aku mengatas namakan rasa malas atas tanggung jawabku terhadap Mimpi yang kulalaikan. Sungguh, pecundang sekali aku ini. Untuk hal yang berkaitan dengan masa depanku saja, aku meyalahkan orang lain. 

Memang sih, malas itu datangnya dari diri sendiri. Tapi, bagiku malas bukanlah bagian dari diriku. Sehingga aku tak perlu menggunakan kata malas untuk mendeskripsikan penyebab terabaikannya si mimpi. Pada dasarnya, aku bisa kok, melawan dan mengusir rasa itu jauh - jauh. 

"Emang gue pikirin. Tetep aja ini semua salah lo!" - Mimpi-

Terus saja, mimpi ini mendesakku untuk berpikir keras. Sebenarnya siapa sih yang harus disalahkan. 

Dari sinilah, aku mulai untuk memahami diri sendiri. Aku berusaha untuk mengenal diriki dan mecari jati diriku. Sebagai hasilnya, aku dapat mengetahui kebutuhan apa saja yang harus kupenuhi agar si Mimpi tidak diabaikan terus - menerus. 

Aku berusaha untuk memutar kembali kenangan yang telah kulalui sejak saat Mimpi itu dipatenkan di otakku. Aku mengidentifikasi point - point yang menjadi penyebab tidak terurusnya si Mimpi. 

"Ahaaa."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline