Debu beterbangan, sumpek, sesak
Dalam hiruk-pikuk antusiasme kota
Lalu sesosok jiwa yang acuh, berjalan dingin
Melintasi keramaian yang gerah-gemuruh
Dirimu tak sekalipun peduli
Pada pasir-pasir yang gusar menahan panas yang pengap
Pada kembang-kembang di tepi jalan yang lesu dan pening
Menanti belas kasihan langit juga siraman kepedulian dari mereka yang lewat
Sekelebat dalam pikiranmu, sepintas lalu
Kewajiban yang resah menunggu
Dan kejiwaan yang menunggu belaian pelukan