Malang masih jadi jujukan warga Surabaya buat liburan. Termasuk EdoMitaGita waktu liburan akhir tahun kemarin. Tapi, dalam perjalanan ke Malang, kami melipir terlebih dulu ke Lawang. Lawang termasuk dataran tinggi dan bagian dari Kabupaten Malang. Di sana, ada kebun teh Wonosari yang dikelola oleh PTPN XII.
Kami sebenarnya sudah kerap main ke kebun teh itu. Tapi, kami masih belum pernah menjajaki Bukit Kuneer. Lokasinya ada di kawasan kebun teh itu juga. Cuma, butuh usaha sedikit untuk mencapainya. ''Deket kok kalau jalan. Cucu saya ini sering ke sana sendirian sama teman-temannya," kata Pak Rakub, pensiunan pegawai kebun teh yang juga kenalan keluarga kami.
Cucunya cewek, usia 10 tahunan gitu. Mereka memang tinggal di Desa Ketindan, sekitar 4 kilo dari Kebun Teh Wonosari. Wah, anak kecil aja bisa. Masa sih kita nggak mampu.
Akhirnya, Desember lalu, kami bertandang lagi ke Kebun Teh Wonosari. Pagi itu, langit mendung dan kabut menyelimuti kebun teh. Kata seorang petugas, jaraknya sekitar 3 kilo. Kami jadi mikir dua kali dong untuk trekking. Kalau di tengah jalan hujan deras gimana dong? Nggak ada pos untuk berteduh pula. Yang ada hamparan tanaman teh.
Apalagi, kami membawa balita. Dan lagi, saya mengajak serta papa mama yang berusia di atas 60 tahun.
Dirasa nggak memungkinkan untuk jalan kaki, akhirnya kami memutuskan untuk sewa kendaraan gardan ganda. Nego harga, kena Rp 250 ribu. Kendaraan diisi tujuh dewasa dan enam anak. Alhasil, para cowok termasuk Edo dan Descha, sepupunya, duduk di bak mobil belakang. Agak khawatir sih, tapi mereka ternyata hepiiiii...malah nggak mau disuruh duduk di dalam mobil. Kata mereka, biar mirip-mirip di Jejak Petualangan itu loh. Hmmm...
Kami melewati jalanan yang naik turun dan berbatu. Terjal. Kanan kiri tampak hamparan tanaman teh. Saya mbatin, apa iya bisa sampe bukitnya kalau tadi jalan kaki. Haha... Paling-paling separo perjalanan, sudah give up.
Jalan menuju ke Bukit Kuneer memang nggak bisa dilewati kendaraan biasa. Harus sewa jip dan itu pun jarang tersedia. Alternatifnya bisa pakai motor trail. Banyak sih yang memilih trekking. Asik juga sembari menikmati sejuknya udara dan pesona alam. Apalagi kalau sama pasangannya. Uhuk..
Kendaraan yang mengangkut kami melewati hamparan tanaman teh yang hijau. Sesekali kami bertemu dengan pemetik teh dan truk pengangkut teh. Perjalanan menuju ke Bukit Kuneer membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit dengan naik mobil.
Tak melelahkan (ya kan tinggal duduk manis di mobil), tapi cukup terguncang-guncang di dalam mobil lantaran jalan terjal yang harus ditempuh. Setiba di puncak bukit, kami benar-benar terpukau dengan pemandangan yang cantik. Gunung Arjuno tampak sangat dekat dengan pepohonan yang hijau berpadu langit biru dan sedikit kabut putih. Menyuguhkan keelokan misteri alam.
Kalau mau merasakan sensasi berada di antara kebun teh yang sebenarnya, cobalah menaiki jembatan kayu sepanjang kurang lebih 500 meter. Dari bukit berketinggian 1.109 Mdpl itu, Kota Lawang terlihat kebiruan. Cantik.
Melihat hamparan tanaman teh yang luas itu, Gita, anak saya yang berumur 3 tahun dengan antusias minta difoto di sela-sela tanaman teh. Nggak puas di situ saja, dia lari sana sini demi berpose. Ya di jembatan kayu, di bebatuan, banyak dah. Hmm...si bapak cuma menghela napas pasrah dan membidiknya dari berbagai sisi sesuka bocah.
Mungkin lantaran di udara segar, tubuh lebih sehat dan berenergi. Karena menurut penelitian, aktivitas yang dilakukan di alam dengan udara segar diketahui meningkatkan energi hingga 90 persen (kompas.com). Tapi, kalo si dedek mah, kelebihan energi.