Lihat ke Halaman Asli

Ria Utami

Blogger

Surabaya Siap Jadi Smart City dengan Layanan Publik Berbasis TIK

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 31 Mei 2015, Surabaya merayakan ulang tahun ke-722. Surabaya diharapkan seperti kata orang, makin tua makin jadi. Usia boleh menua tapi terus semangat membuat gebrakan pembaruan.

Kobar api daya cipta membuat Surabaya sering memboyong penghargaan regional, nasional, bahkan internasional. Di antaranya, penghargaan otonomi daerah dan penghargaan kota terbaik dalam pengelolaan tata ruang subbidang ruang terbuka hijau dari Kementerian Dalam Negeri, anugerah Adipura Kencana, Satya Lencana Karya Bakti Praja Nugraha dari Presiden Joko Widodo, Kota Terbaik se-Asia Pasifik dari CityNet, anugerah Kota Berkelanjutan ASEAN, dan Socrates Award kategori Kota Masa Depan dari European Business Assembly.

Surabaya Kota Paling Digital
Dalam sudut pandang kota cerdas, Surabaya meraih Digital Society Award 2014 kategori government dan penghargaan FutureGov Awards Asia Pasifik. Anugerah itu didapat karena meninggalkan tata cara layanan publik yang ribet, berjenjang, lamban, berpungutan ilegal, alias kuno ke sistem berbasis teknologi informasi komunikasi (TIK) yang cepat, mudah, murah, dan transparan.

Smart, Urus Perizinan Selesai Cepat
Pelayanan publik melalui sistem perizinan dalam jaringan (online) bernama Surabaya Single Window (SSW). Tata cara ini diakui sebagai inovasi pelayanan publik terbaik Future City versi FutureGov 2014. SSW juga meraih penghargaan Inovasi Pelayanan Publik 2014 dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Perbedaan SSW dengan sistem sebelumnya terletak pada mekanisme pemprosesan izin paralel (sebelumnya menggunakan metode seri). Melalui SSW, beberapa izin yang diajukan pemohon bisa diproses bersamaan dalam sistem jaringan komputer sehingga lebih cepat.
Salah satu bukti, saya mengurus akta kelahiran anak pada awal Mei 2015. Saya cukup mendatangi kantor kelurahan untuk pengisian data dan menyerahkan berkas. Setelah pengisian data berhasil, saya mendapatkan pesan singkat (SMS) dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya. Selanjutnya, menunggu pemberitahuan via SMS bahwa akte kelahiran sudah jadi dan diambil di kelurahan dengan menunjukkan kartu tanda penduduk dan akte nikah. Biaya? Gratis.

Belajar TIK Gratis
Tak hanya mewujudkan sistem daring di tingkat pemerintahan, untuk memenuhi kebutuhan TIK warga dan mewujudkan Surabaya Multi Media City (SMMC), Pemerintah Kota Surabaya membangun Broadband Learning Centre (BLC) di beberapa tempat umum terutama taman kota. Semua warga tanpa memandang usia, gender, lokasi, dan kondisi sosial ekonomi, dapat belajar telematika gratis. Diharapkan mereka dapat mudah mengakses perangkat TIK yang tersedia.

Taman Bungkul Surabaya Raih Penghargaan Dunia
Surabaya juga mempercantik diri dengan taman-taman kota yang asri. Salah satunya, Taman Bungkul. Penataannya yang elok dengan fasilitas umum di dalamnya, menambah kenyamanan masyarakat saat menjejakkan kaki di sana. Interaksi sosial yang hangat dan akrab antar warga dari berbagai kalangan pun terlihat di Taman Bungkul. Layaklah kalau Surabaya diganjar penghargaan The 2013 Asian Townscape Sector Award dari PBB berkaitan dengan penampilan Taman Bungkul sebagai yang terbaik.
Taman kota mutlak dibutuhkan. Selain sebagai ruang terbuka hijau, taman kota membantu penyerapan air dan mereduksi potensi banjir. Taman kota mampu meresapkan air untuk baku cadang atau pasokan di dalam tanah. Khusus untuk pengendalian dan pencegahan banjir, taman kota yang rimbun akan cespleng menghadang daya rusak limpasan air selama hujan deras. Taman yang amat rindang ialah paru-paru kota sekaligus pabrik oksigen, unsur terutama kehidupan, dan mustahil tergantikan.

Segudang penghargaan yang telah diraih hendaknya tidak membuat Pemerintah Kota Surabaya puas. Masih banyak persoalan yang perlu diselesaikan.

Benahi Transportasi Massal
Tahun ini, Surabaya dinobatkan sebagai kota dengan kemacetan lalu lintas terburuk keempat di dunia oleh produsen minyak pelumas Castrol. (kompas.com, 5/2/2015). Hal itu jadi problem utama yang harus diatasi, mengingat kemacetan lalu lintas sangat boros energi, terutama BBM.
Pertumbuhan pengguna kendaraan pribadi menjadikan kondisi lalu lintas kian padat. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menyediakan transportasi massal, seperti bus dan kereta yang nyaman, aman, terjadwal dengan tepat, serta murah. Dengan demikian, masyarakat akan berpikir dua kali untuk menggunakan kendaraan pribadi dan beralih pada angkutan massal tersebut.

Infrastruktur yang Berpihak pada Pejalan Kaki dan Pengendara Sepeda

Selama ini, hak pejalan kaki dan pengendara sepeda seakan dirampas oleh PKL, diserobot oleh pengendara sepeda motor, dan didesak oleh pengendara mobil. Namun, hal itu diabaikan oleh pemerintah. Padahal, sumbangsih para pejalan kaki dan pengendara sepeda pada kesehatan lingkungan serta kelancaran lalu lintas sangat tinggi. Karena itu, infrastruktur yang lebih manusiawi serta berpihak pada pejalan kaki dan pengendara sepeda harus segera terwujud.

Kembangkan Nilai Budaya Lokal
Selain masalah kemacetan, pengembangan nilai-nilai budaya lokal juga perlu diperhatikan oleh pemerintah kota. Peresmian museum Surabaya oleh Wali Kota Surabaya pada 3 Mei 2015, bisa jadi alternatif wisata sejarah. Surabaya sudah punya peninggalan sejarah Tugu Pahlawan, Monumen Jalesveva Jayamahe, Museum WR Soepratman, Monumen Mayangkara, Monumen Bambu Runcing, dan Monumen Kapal Selam, yang bernilai jual tinggi dalam wisata.
Demikian juga dengan kesenian khas Surabaya ludruk, tari remo, dan kidungan sebenarnya bisa diandalkan. Namun, kesenian tradisional tersebut kurang mendapat perhatian sehingga nyaris punah.

Jaminan Lapangan Kerja
Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Banyak perusahaan multinasional besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk, Maspion, Wing's Group, Unilever, Pakuwon Group, PT PAL, dan kawasan industri Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).
Perusahaan-perusahaan itu seharusnya mampu menyerap tenaga kerja lokal, jangan sampai diisi oleh tenaga asing. Kita harus berhati-hati karena kesepakatan MEA tentang tenaga kerja berpotensi menciptakan minat warganegara asing ASEAN bahkan di luar ASEAN, untuk bekerja di Indonesia.
Surabaya dengan jumlah penduduk sebesar 3 juta orang, tercatat ada sebanyak 80.568 warga tidak memiliki pekerjaan, ditambah lagi jumlah ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebesar 542.998 orang dan pelajar atau mahasiswa 462.738 orang. Jumlah seluruhnya sekitar 1,7 juta orang. Sehingga lebih dari separuh penduduk Surabaya ini belum bisa dikategorikan mandiri dan masih bergantung pada orang lain, ini berarti pesatnya perkembangan kota tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup. (Sindo news.com, 21/7/2013).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline