Lihat ke Halaman Asli

Para Saksi Harus Dilenyapkan!

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aldnp 09

“Bukannya mendapatkan tanggapan yang baik, mereka malah dituduh ingin merusakkan nama baik kantor kami. Mas Tarno, salah satu kawan paman itu seminggu kemudian mengalami kecelakaan saat keluar kota. Ia tewas karena mobilnya masuk jurang. Polisi mengatakan penyebabnya karena rem-nya blong. Kasihan istri dan anaknya yang masih kecil-kecil. Mereka terlunta-lunta, berpindah dari rumah kontrakan yang satu ke rumah kontrakan yang lain. Sering istrinya itu tidak makan demi ke tiga mulut anaknya yang kelaparan. Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa saat itu…”

Air mata paman Hudi mengambang bagai akan tumpah. Matanya berkaca-kaca. Ia lalu mengambil sapu tangannya untuk mengeringkan kedua matanya yang basah itu. Berkali-kali ia menghela napasnya. Ada beban yang begitu berat menjepit dada tua itu. Jira dan Andragi dengan sabar menunggu paman Hudi mengatur napasnya kembali. Ia lalu melanjutkan…

“Sedangkan Radi, kawan paman satunya lagi tidak kurang tragis nasibnya. Ia dituduh mencemarkan nama baik dan diadili karena tidak dapat menunjukkan bukti-bukti yang diperlukan. Rupanya berkas-berkas yang dimilikinya dan disimpannya dikantornya telah dicuri orang. Dengan hilangnya berkas-berkas itu ia tidak dapat mengelak dari tuduhan mencemarkan nama baik pimpinan dan lembaga Negara. Ia dinyatakann bersalah dan di buang di Pulau Kejar.”

“Apakah paman Radi masih hidup disana?” kejar Jira.

“Kabar yang paman peroleh dari orang-orang yang berhasil lolos dari sana menyebutkan kalau mas Radi tewas diceburkan ke laut. Para serdadu yang membawa mereka ke tempat pembuangan sering tidak perlu merepotkan diri membawa mereka ke tujuan jika tidak disediakan uang atau harta secukupnya untuk menyuap mereka. Bagi mereka yang berharta, biasanya mereka dipaksa untuk menandatangani surat kuasa atau penyerahan harta kekayaan mereka kepada oknum serdadu setibanya di tempat pembuangan. Tentu keluarganya akan jatuh miskin akibatnya. Akan halnya mas Radi, ia tidak berasal dari keluarga berada. Besar kemungkinan ia memang telah tewas saat dibawa ke pulau pembuangan itu. Untungnya mas Radi masih bujangan dan orang tuanya telah tiada..”

“Lalu paman sendiri bagaimana?” cecar Jira.

“Itulah yang menghimpit hati paman. Saat mengetahui nasib mas Tarno dan mas Radi paman secara diam-diam menghilang dari kota ini. Paman takut mereka mengetahui keterlibatan paman. Tetapi rupanya kedua sahabat paman itu benar-benar sahabat sejati. Mereka tidak pernah membuka mulut bahwa paman adalah teman mereka dalam skandal itu. Itulah yang membuat paman menyesal. Paman ini penakut!...Banci!!’ maki paman Hudi pada dirinya sendiri.

“ Andai saja paman memiliki keberanian, paman tentu masih tetap dapat bekerja di kantor itu atau atau di kantor lainnya tanpa perlu bersembunyi. Dengan begitu paman bisa menolong nasib anak istri Tarno yang terlunta-lunta itu….”

Tampak matanya memerah menahan sesal, amarah dan kesedihan yang demikian menyesakkan.

“Kalian tahu bagaimana nasib mereka?” tanyanya/

Secara spontan mereka menggeleng.

“Sangat tragis! Karena tidak tahan melihat penderitaan yang dialami anak-anaknya, istri Mas Tarno melakukan bunuh diri bersama anak-anaknya dengan cara terjun di laut selatan yang bertebing tinggi dan berombak besar. Satu persatu anaknya di lempar ke laut lalu ia menyusul terjun….”

“Baru lima tahun yang lalu paman tahu kalau orang-orang dikantor paman sama sekali tidak tahu keterlibatan paman. Seorang kawan yang baru pensiun menceritakan itu saat secara kebetulan kami bertemu di jalan. Kalau saja paman ini tidak pengecut….. Sayang….sayang sekali..!!!”

- Anak Langit Di Negeri Pelangi -

sebelumnya l sesudahnya



  1. Kejar dan Habisi Dia !
  2. Begini Rasanya Mati
  3. Pagar Makan Tanaman
  4. Membongkar Pembelian Fiktif
  5. Antara Pacar dan Sepeda Motor
  6. Senyum Yang Terindah
  7. Hanya Gila Tapi Tidak Bodoh
  8. Dia yang Berkotbah, Dia Yang Korup
  9. Para Saksi Harus Dilenyapkan
  10. Pemerintahnya Ganti, Sistemnya Sama Saja
  11. Korupsi Berjamaah: Sistemik
  12. Korupsi Berjamaah: Mentalitas Proyek
  13. Bos Koruptor Di Posisi Kunci



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline