Lihat ke Halaman Asli

Langkah Imaji

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sejenak terdiam, kuputuskan tuk melangkah
memasuki rimba liar penuh hewan pemikir
tempat argumen terasah
kala keteguhan terlahir

Semakin jauh, absolut terlihat relatif
adaptasi ciri permanen orang arif
seturut hati nurani ibarat budaya primitif
keteguhan hati menjadi barang langka, populis permisif

kulihat setiap pasang kaki bergerak tanpa kendali
kebebasan yang dulu mewah, sekarang mudah terbeli
dulu para pejuang telah menumpahkan darah demi pekik "merdeka!!!"
kini, demi bertahan dalam uzur, terus tumpah keringat darah mereka

Waktu muda telah dikorbankan demi masa depan anak cucu
hanya dalam khayal, keceriaan tingkah bocah lucu
sayang, kenyataan tak seindah harapan kalbu
putih itu berubah kelabu

Dunia berlari cepat tanpa kehabisan daya
yang lambat ditinggal sendiri tuk mati
satu kata menjadi sangat dominan: "saya"
jiwa kosong pencari kenikmatan tanpa henti

kesetiaan paralel dengan adanya uang
hawa nafsu pribadi tak terkekang
kasih sayang tulus tak mendapat ruang
kemanusiaan kritis, menunggu waktu diabaikan dan terbuang

sekejab kuterhenyak
Kudapati diriku berdiri di depan pintu
ah, untung semuanya hanyalah imaji yang terserak
saatnya kembali ke dunia nyata, berkarya dalam lorong waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline