Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Judul

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(karena mengenang para pahlawan tak perlu menunggu "Hari Pahlawan")

Dentum meriam
derap langkah
degup jantung
desah nafas

berburu
diburu
kapan ia berakhir tak kutahu
ku hanya berlari dalam lorong waktu

yang kuingin
anak cucu berjalan beriring
menikmati semilir angin
yang hanya kurasa saat terdesak ke tebing

yang kurindu
persaudaraan dalam simfoni merdu
terbuang semua nada sendu
hancur sudah rantai belenggu

yang kuimpi
penerusku menggapai mimpi
cukuplah mereka berpeluh
darah telah kubayar tanpa keluh

kutarik nafas terakhir
tak rela kuhembuskan kembali
setiap pelarian pasti kan berakhir
dihadapan "Sang Pemegang Kendali"

tak kusesali masa mudaku
tak kuratapi masa depanku
hari tua bukanlah bagianku
dalam kedipan, semesta berlalu

tak perlu kau tahu siapa aku
tak perlu piagam di dinding terpaku
demi yang berharga, kuterjang peluru
itu sudah cukup bagiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline