Lihat ke Halaman Asli

Potret Kehidupan Pemulung & Masyarakat Miskin Gambaran Kegagalan Pemkab Kepulauan Selayar

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari itu Kamis, (14/10), jam dinding telah menunjukkan pukul 15.00 WITA. Matahari bersinar terik di atas langit Bumi Tanadoang, tatkala seorang pemulung berusia senja melintasi  jalur Jl. Muh. Krg Bonto Benteng Selayar. Meski keringat bercucuran di wajahnya, sang pemulung ini tampak segar  menggayuh gerobaknya yang berisikan kardus  dan barang-barang bekas buangan masyarakat. Yang pastinya, kehidupan ini harus dilakoninya setiap hari demi melepaskan keluarga dan anak-anaknya dari  himpitan ekonomi berkepanjangan. Sebuah realita potret kehidupan yang sangat jauh bertentangan dengan pernyataan seorang Drs. H. Syahrir Wahab, MM. Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar, yang hampir setiap saat membanggakan keberhasilannya dalam mengentaskan kehidupan masyarakat miskin di daerah penghasil jeruk manis ini selama kurun waktu lima tahun terakhir. Fenomena sosial kehidupan masyarakat miskin tersebut di atas, sekaligus menjadi jawaban pasti, “bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Pemkab Kepulauan Selayar belum mampu menjawab pertanyaan terakhir seorang Drs. H. M. Akib Patta diakhir masa kepemimpinannya sebagai orang nomor satu di Kabupaten Kepulauan Selayar”. Sebuah pertanyaan sederhana berbunyi “Selayar Kapan Mandiri” Pertanyaannya Kemudian, akankah Masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar terus membanggakan Motto, “Selayar Mapan Mandiri”  Sementara, realita kehidupan masyarakat miskin terpampang di hampir seluruh sudut-sudut kota di wilayah ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar ???.  (fadly syarif)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline