Lihat ke Halaman Asli

Keputusan Pembelian Gadget Smartphone

Diperbarui: 30 September 2016   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika sedang melakukan pembelian atau pembelajaan, tahukah kamu bahwa tanpa disadari sedang melakukan proses “Keputusan Pembelian”.

Apa sih “Keputusan Pembelian” itu?

Bagaimana prosesnya?

Kotler (2000) mengungkapkan bahwa bahwa Keputusan Pembelian merupakan tindakan nyata yang dilakukan konsumen untuk membeli produk atau jasa yang dibutuhkan. Indikator untuk mengukur keputusan pembelian diataranya :

  • Kebutuhan, Merupakan keinginan yang dimiliki oleh individu untuk mendapatkan sejumlah produk atau jada yang dibutuhkan
  • Pencarian informasi, merupakan tindakan untuk mencari pengetahuan atau referensi sehubungan dengan produk yang akan dibeli
  • Pemilihan alternative, merupakan tindakan memilih aneka produk sejenis yang dibutuhkan
  • Tindakan,merupakan spontanitas untuk membeli atau memiliki produk terbaik yang telah diamati.
  • Evaluasi, merupakan analisis untuk membandingkan performance yang diberikan produk yang dikonsumsi dengan yang diharapkan sebelum konsumsi produk.

Ini berlaku untuk proses pembelian semua produk, entah itu produk kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, pakaian, gadget, rumah, mobil dan banyak lagi lainnya.

Untuk melengkapi tugas ini, saya melakukan research kecil-kecilan dengan melakukan interview terhadap 3 orang yang menjadi partisipan. Ketiga pertisipan adalah laki-laki  berusia kisaran 30-50 tahun, merupakan tenaga professional yang bekerja di level Supervisor dan Manager diperusahaan manufaktur minuman. Ketiganya diwawancarai terkait alasan mereka tertarik dan memutuskan membeli gadget handphone yang mereka gunakan sekarang.

Setelah diwawancarai ketiga partisipan mengungkap alasan pertama yang menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan untuk membeli smartphone adalah sesuai atau tidaknya fitur/aplikasi/teknologi yang dimiliki dengan kebutuhan masing-masing. Untuk individu yang merupakan seorang pekerja professional seperti partisipan-partisipan ini, tentunya hal teknologi smarphone yang mereka miliki dipilih karena menunjang pekerjaan mereka.

  • Partisipan 1 seorang Manager Project pengguna handphone merk OPPO F1, mengaku tertarik dan membeli produk ini karena fitur Foto yang bagus dan RAM tinggi. Hal ini dianggap sejalan dengan kebutuhan profesinya yang seorang Manager Project yang banyak melakukan aktivitas foto dilapangan untuk update progress projectnya, tentunya butuh space RAM yang cukup tinggi untuk memuat data-data fotonya bukan?
  • Partisipan 2 seorang Plant Manager pengguna handphone Samsung Note5, tertarik dan membeli produk ini karena keanekaragaman aplikasi plus kemudahan yang ditawarkan yang belum ada pada smartphone lain. Seperti layanan sentuh untuk screenshoot, atau oprasi beberapa aplikasi dalam waktu yang bersamaan. Selain itu space RAM yang tinggi menunjang kegiatan kerja dan bisnisnya.
  • Pertisipan 3 seorang Supervisor Automation Machine pengguna Lenovo Vibe K4 yang sangat tertarik dengan teknologi NFC yang dimiliki produk ini, dianggap masih jarang ditemui di handphone lain di rate harga yang masih terjangkau dan sangat menunjang pekerjanya.

Yang menarik adalah, ketiga partisipan sama-sama mencari tahu informasi lengkap produk tersebut melalui browsing. Bukan melalui iklan, dan hanya 1 dari 3 orang yang bertanya mengenai informasi produk dari kerabat. Ini menjawab pertanyaan mengapa begitu menjamurnya blogger atau vlogger di internet. Tentunya tulisan semaca review di blog atau vlog lebih banyak dilirik karena memiliki informasi yang lengkap yang dianggap lebih “jujur” karena direview oleh orang-orang yang memang tertarik dan berkecimpung dibidang terkait (dalam hal ini gadget handphone). Hal ini tentunya memberikan pandangan berbeda bagi customer dibandingkan dengan hanya melihat produk dari sebuah iklan saja.

Saat melakukan proses pencarian informasi, didalamnya tentunya melibatkan proses pencarian alternative. Dimana mereka sama-sama mengungkap kalau membandingkan fasilitas, teknologi, apa yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh produk lain yang serupa, termasuk harga. Setelah melalui proses ini masing-masing partisipan memiliki cukup keyakinan untuk membeli produk yang mereka inginkan.

Hal lain yang lebih menarik adalah, 2 dari 3 partisipan menganggap bahwa ketika teknologi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan, partisipan beranggapan bahwa harga yang dibandrol masih sepadan, bukan permasalan lagi dan dianggap sebagai investasi yang baik pula mengingat smartphone menjadi bagian dari “tools kerja” mereka. Oleh sebab itu, bila kita lihat masing-masing smartphone memiliki komunitas loyalnya msing-masing. Katakan merk “AP” yang dicintai para pecinta foto atau design grafis, merk “AS” dan “LE” yang disukai oleh programmer, merk “SA” yang dicintai karena kecepatan pembaruan teknologi dan design body-nya, atau merk “SO” yang dicintai karena sound system nya.

Setelah semua tahap terlewati, partisipan menggunakan produk yang mereka pilih, disadari atau tanpa disadari mereka melakukan evaluasi terhadap kepuasan produk yang mereka pilih. Oleh sebab itu ketika digali mengenai kepuasannya, para partisipan mengungkap kepuasan mereka dan bahkan merekomendasikannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline