Tangerang, 03 Desember 2024
Desember 2024 Menjelang, Pemilihan Kepala daerah sudah terlaksana dengan baik dan cenderung tidak ada kekacauan. Penghitungan di tingkat Kecamatan Pun hampir sudah rampung, angka perolehan pun dapat diakses dan bertebaran sudah ke publik.
Kota Tangerang sebagai kota Besar yang memiliki Jumlah Pada pertengahan tahun 2024 (Sumber BPS Kota Tangerang), jumlah penduduk kota Tangerang sebanyak 1.927.815 dengan kepadatan 12.000 jiwa/km2. Tangerang merupakan kota penyangga ketiga terbesar di kawasan metropolitan Jakarta Raya setelah Kota Bekasi dan Kota Depok, Jawa Barat. Jumlah DPT yang terdapat di KPU juga mengalami peningkatan DPT dibandingkan dengan Pemilu 2024 sebelumnya.
Berjumlah 1.377.828 orang, pemilih yang terdata didominasi generasi milenial dengan persentase mencapai 36 persen (255.197 orang) lalu disusul generasi X dengan persentase mencapai 28 persen (194.364 orang) Sumber KPU.
Dari serangkaian informasi tersebut kita bisa menghitung dan membandingkan data yang ada dimana data DPT Kpu Kota Tangerang sebesar 1.377.828 Orang pemilih yang hanya hadir Memilih +/- 802.235 orang dan jumlah suara Sah +/- 758.778 suara dan suara tidak sah +/- 43.547 suara.
dari JUmlah DPT KPU Kotang sebesar 1.377.828 Orang pemilih dikurang Jumlah Jumlah yang Hadir memilih hanya 802.235 orang, berarti yang hadir cuma 58%. kemudian kalau kita hitung persentse suarat Sah cuma 55% maka bisa dikatakan partisipasi Pemilihan Kota Tangerang Anjok.
Berbagai faktor dapat menyebabkan partisipasi pemilih berkurang tajam pada Pemilu 2024 di Indonesia. Beberapa alasan utama yang mungkin mempengaruhi antara lain:
Kelelahan Politik: Pemilu 2024 akan menjadi pemilu serentak yang melibatkan banyak pemilihan, seperti Pemilihan Presiden, Pemilihan Legislatif, dan Pemilihan Kepala Daerah. Kombinasi banyaknya pilihan ini bisa menyebabkan kelelahan politik di kalangan pemilih, terutama jika mereka merasa sudah cukup banyak terpapar dengan kampanye dan informasi politik yang berlebihan.
Ketidakpuasan Terhadap Sistem Politik: Banyak pemilih yang mungkin merasa bahwa sistem politik atau pemerintah tidak berhasil membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan mereka. Ketidakpercayaan terhadap elit politik, korupsi, atau janji-janji yang tidak ditepati bisa membuat sebagian orang merasa apatis dan enggan untuk memilih.
Kurangnya Pemahaman atau Informasi: Pendidikan politik yang rendah atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya pemilu bisa membuat sebagian orang merasa bahwa suara mereka tidak akan berdampak. Ini juga bisa diperburuk oleh informasi yang tidak akurat atau hoaks yang tersebar luas, yang merugikan proses demokrasi.
Pemilih Muda yang Apatis: Pemilih muda, yang merupakan kelompok demografis yang semakin besar, sering kali kurang tertarik dengan pemilu. Mereka mungkin merasa bahwa partisipasi mereka tidak akan merubah keadaan, atau mereka tidak merasa terhubung dengan para calon atau partai politik yang ada.