Lihat ke Halaman Asli

MFarhanSolahuddinAlAyubi

Mahasiswa Psikologi

Peran Teknologi dalam Memfasilitasi Interaksi Sosial bagi Lansia

Diperbarui: 25 Juni 2024   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mencapai usia lanjut merupakan pencapaian luar biasa dalam perjalanan hidup manusia, menandakan berlalunya waktu, akumulasi pengalaman, dan kebijaksanaan. Usia lanjut adalah masa untuk menikmati hasil kerja keras, menghabiskan waktu bersama orang terkasih, dan merenungkan makna hidup. Proses mencapai usia lanjut dipengaruhi oleh faktor seperti genetik, gaya hidup, dan akses terhadap layanan kesehatan. Orang dengan gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang, olahraga teratur, dan tidak merokok, umumnya memiliki peluang lebih besar untuk mencapai usia lanjut dengan kesehatan baik. Namun, usia lanjut bukan berarti bebas dari tantangan; individu mungkin mengalami penurunan fungsi fisik dan kognitif, serta peningkatan risiko penyakit kronis. Dengan perawatan kesehatan yang tepat, dukungan sosial kuat, dan mentalitas positif, lansia dapat menjalani hidup berkualitas dan bermakna.[as1]

Di era modern, interaksi sosial lansia menghadapi hambatan kompleks seperti kesenjangan generasi, perubahan struktur keluarga, dan dinamika sosial modern. Kesenjangan generasi, dengan perbedaan nilai, budaya, dan cara berkomunikasi, dapat menciptakan miskomunikasi dan kesalahpahaman, membuat lansia merasa terasing. Perubahan struktur keluarga dengan mobilitas tinggi dan pola hidup individualistik menyebabkan lansia sering hidup sendirian atau jauh dari anak dan cucu, kehilangan support system dan kesempatan untuk berinteraksi langsung. Dinamika sosial modern, dengan kesibukan masyarakat dan kemajuan teknologi yang mengarahkan interaksi sosial ke ranah digital, menambah tantangan bagi lansia[as2] .

Namun, usia lanjut juga dapat menjadi kesempatan untuk menemukan makna dan kebahagiaan baru. Banyak orang tua menemukan kebahagiaan dalam menghabiskan waktu bersama keluarga dan cucu, serta memiliki lebih banyak waktu untuk hobi dan minat yang tertunda. Usia lanjut bisa menjadi waktu untuk mengeksplorasi hal-hal baru, seperti belajar bahasa, mengikuti kelas seni, atau melakukan kegiatan relawan. Meski kesehatan fisik yang menurun dan potensi kesepian dapat menjadi masalah, dengan pola hidup sehat, dukungan sosial kuat, dan mentalitas positif, lansia dapat menjalani hidup penuh makna dan kebahagiaan.[as3]

Di era digital ini, teknologi berkembang pesat dan merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk bagi lansia. Kemudahan akses informasi dan komunikasi melalui internet membuka peluang baru bagi lansia untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan komunitas. Namun, hanya 8,83 persen lansia di Indonesia yang dapat mengakses dan menggunakan internet, menunjukkan masih banyak lansia tertinggal dalam pemanfaatan teknologi, sehingga berpotensi mengalami kesenjangan informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi ini membawa angin segar dalam memfasilitasi interaksi sosial bagi lansia, yang memiliki kebutuhan dan tantangan unik. Lansia sering menghadapi keterbatasan fisik, mobilitas, dan akses terhadap informasi dan komunikasi, sehingga sulit terhubung dengan orang lain, yang dapat berakibat pada depresi, isolasi sosial, dan penurunan kualitas hidup.[as4]

Kemajuan teknologi dapat memberikan solusi terhadap isu-isu seperti isolasi sosial yang dihadapi oleh lansia (Waycott & Vines, 2019). Media sosial, aplikasi pesan instan, platform video call, dan teknologi bantu (assistive technology) membantu lansia tetap terhubung dengan orang-orang terkasih, mengikuti perkembangan terkini, dan terlibat dalam kegiatan sosial dan komunitas. Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memungkinkan lansia terhubung dengan keluarga dan teman yang tinggal jauh, berbagi foto dan video, serta mengikuti perkembangan terkini, membantu mengurangi kesepian dan meningkatkan kebahagiaan. Menurut Neves dkk (2021) teknologi digital dapat membantu membangun keterhubungan sosial dan mengurangi rasa kesepian di masa tua seperti aplikasi pesan instan dan panggilan video, memungkinkan lansia menghubungi anak, cucu, dan teman kapan pun dan di mana pun, membantu mereka tetap merasa terhubung dan dihargai. Teknologi membuka peluang baru bagi lansia untuk bersosialisasi dan mengikuti kegiatan komunitas, baik online maupun offline, di mana mereka dapat bertemu orang baru, mengikuti kegiatan seperti senam, seni, dan edukasi, serta berbagi cerita dan pengalaman. Namun, kesenjangan digital tetap menjadi masalah utama; tidak semua lansia memiliki akses ke perangkat teknologi seperti smartphone, komputer, atau koneksi internet, membuat mereka tertinggal dalam memanfaatkan manfaat teknologi.

Kurangnya literasi digital menjadi hambatan bagi lansia dalam menggunakan teknologi. Menurut Wilson dkk (2021) Ketidakmampuan atau persepsi terhadap ketidakmampuan merupakan kendala dalam menggunakan teknologi sosial untuk berkomunikasi dengan orang lain secara daring. Banyak lansia merasa kesulitan mempelajari teknologi baru, yang dapat membuat mereka frustrasi dan enggan memanfaatkannya, sehingga kehilangan kesempatan mendapatkan manfaat sosialnya. Selain itu, ketergantungan berlebihan pada teknologi dapat berdampak negatif, karena terlalu banyak waktu di depan layar bisa mengisolasi mereka dari dunia nyata dan mengabaikan interaksi langsung, memperparah rasa kesepian dan melemahkan hubungan sosial.

Teknologi bagaikan pisau bermata dua dalam memfasilitasi interaksi sosial lansia. Di satu sisi, teknologi menawarkan banyak peluang untuk menghubungkan lansia dengan keluarga, teman, dan komunitas. Namun, tantangan seperti keterbatasan akses dan kemampuan, potensi ketergantungan berlebihan, risiko penipuan dan pelecehan, ketidakcocokan budaya, serta keterbatasan dalam mengatasi kesepian perlu diatasi agar teknologi dapat digunakan optimal. Penting menjembatani kesenjangan digital dengan meningkatkan edukasi teknologi, memanfaatkan teknologi bijak, dan menjaga keseimbangan interaksi online dan offline. Keterlibatan keluarga juga menjadi aspek penting untuk menjembatani lansia dalam menggunakan teknologi terutama sebagai fasilitas interaksi sosial (Neves et al., 2017).

Pemerintah menyadari tantangan ini dan melakukan berbagai upaya untuk mengatasinya, seperti membangun jembatan digital kokoh untuk menghubungkan lansia dengan dunia. Untuk mempersempit kesenjangan digital, pemerintah memperluas akses internet dan teknologi ke daerah pelosok, menyediakan pelatihan dan edukasi teknologi mudah dipahami dan disesuaikan dengan kebutuhan lansia, serta mendukung pengembangan teknologi ramah lansia. Dalam meningkatkan literasi digital, kampanye edukasi publik diluncurkan untuk menjelaskan pentingnya teknologi bagi lansia dan cara menggunakannya dengan aman dan bertanggung jawab. Kolaborasi dengan komunitas dan organisasi lansia memungkinkan terselenggaranya pelatihan dan workshop teknologi menarik, sementara platform digital dan media massa dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi dan edukasi teknologi yang mudah diakses.

Pemanfaatan teknologi bijak juga didorong, dengan pemerintah mendorong penggunaan teknologi untuk memfasilitasi interaksi sosial positif dan bermanfaat, seperti platform video call, media sosial ramah lansia, dan aplikasi kesehatan. Edukasi tentang keamanan online dan pencegahan penipuan di dunia digital digalakkan, serta pengembangan aplikasi dan platform yang membantu lansia tetap terhubung, mengakses informasi, dan mendapatkan layanan penting terus didukung. Untuk menjaga keseimbangan interaksi online dan offline, pemerintah mendorong lansia untuk tetap terlibat dalam kegiatan sosial offline, seperti mengikuti klub lansia, menghadiri kelas, dan berpartisipasi dalam komunitas. Fasilitas untuk kegiatan sosial offline inklusif dan ramah lansia juga disediakan, dan gaya hidup sehat serta aktif dipromosikan baik secara online maupun offline untuk mendukung kesejahteraan lansia secara menyeluruh.

Upaya-upaya ini diharapkan dapat membantu lansia memanfaatkan teknologi secara optimal untuk meningkatkan kualitas hidup dan tetap terhubung dengan komunitas. Kunci utama adalah kolaborasi kuat antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta dalam membangun ekosistem digital yang inklusif dan ramah lansia. Menurut Benoit-Dub dkk (2020) pemerintah memiliki peran penting terutama dalam membuat program menyediakan teknologi terutama untuk lansia yang kurang mampu. Perubahan demografi global dengan populasi lansia yang kian meningkat membawa konsekuensi penting, termasuk dampaknya pada kesejahteraan psikologis dan fisik lansia. Di sinilah interaksi sosial menjadi kunci, dan teknologi hadir sebagai alat yang penuh potensi untuk memfasilitasi interaksi tersebut. Meskipun teknologi menawarkan banyak peluang, tantangan dalam implementasinya juga perlu dipertimbangkan. Keterbatasan akses dan kemampuan, potensi ketergantungan berlebihan, risiko penipuan dan pelecehan, ketidakcocokan budaya, dan keterbatasan dalam mengatasi kesepian adalah beberapa contohnya. Upaya pemerintah dalam menjembatani kesenjangan digital, meningkatkan edukasi teknologi, memanfaatkan teknologi dengan bijak, dan menjaga keseimbangan interaksi online dan offline menunjukkan komitmen untuk membantu lansia memanfaatkan teknologi secara optimal.

Dengan pendekatan yang komprehensif dan berpusat pada lansia, teknologi dapat menjadi jembatan kokoh untuk membangun kembali interaksi sosial dan meningkatkan kualitas hidup lansia di era populasi menua. Memanfaatkan teknologi bijak dan bertanggung jawab, serta terus berinovasi untuk menciptakan solusi yang ramah lansia, adalah kunci untuk membuka masa depan yang lebih cerah bagi lansia dan seluruh generasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline