Lihat ke Halaman Asli

Hidup dari Pluit

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"priiittt..... priiittt,,,,, ayoo truss masuk-masuk,,, kiri-kiri,,,,"

suara peluit dari sosok lelaki tua sang master parkir di depan sebuah pasar tradisional.

"oke,, seepp,, " kata pak tua mengantarkan kendaraan saya pada tempat parkir yang telah disediakan.

"terima kasih pak,, titip punya saya ya pak" ... pintaku sambil terseyum sedikit menunduk menghormati belia yang lebih tua....

"iya,, mas" sambut bapak tersebut sambil tersenyum ramah..

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan untuk beliau yang telah menjagakan kendaraan saya.  Satu hal yang terpikirkan oleh saya ketika melihat beliau yang kini berada di usia yang tidak muda lagi, dengan semangat yang membara, menghiraukan panasnya matahari dan derasnya air hujan guna mencari sesuap nasi untuk bertahan hidup adalah ketekunan dan keuletan dalam menjalani kehidupan.

Ketika beberapa orang yang mungkin lebih beruntung dari beliau ketika menghadapi cobaan hidup yang berat dan harus memilih jalan hidup yang tragis yang mungkin dengan cara mengakhiri hidupnya, namun bapak tua tersebut masih bertahan diantara kepungan kebutuhan yang semakin meningkat.

Sebuah filosofi kehidupan yang saya tangkap dari hadirnya orang-orang seperti mereka yang masih bertahan meski umur kian berkurang adalah keteguhan dan semangat dalam menjalani kehidupan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline