Sudah beberapa hari ini media-media olahraga santer membahas rencana pengusaha Arifin Panigoro dan kelompoknya untuk menggelar suatu bentuk liga baru yang dikenal dengan nama LPI (Liga Primer Indonesia). Dimana LPI ini pada nantinya akan dikemas dalam format layaknya liga primer inggris. Idenya sebenarnya sangat sederhana, profesionalisme club dan meminimalisir ketergantungan klub sepakbola di indonesia kepada dana APBD. Fakta menyebutkan bahwa sebagian besar dana yang digunakan untuk biaya klub perserta liga sepakbola di indonesia masih bergantung pada APBD, imbasnya maka klub sendiri kurang profesional dalam pengelolaan dana maupun pengelolaan manajemen pertandingan. Namun terlepas dari masalah dana dan APBD kemudian terjadi suatu reaksi yang tidak wajar dari PSSI sebagai badan liga tertinggi di Indonesia. PSSI sebagai wadah yang bertugas untuk mengelola liga dengan tegas menolak wacana mengenai LPI ini, melalui ketua umumnya "Menurut Nurdin PSSI tetap mengacu pada pada aturan FIFA dalam menentukan sikap. Yaitu setiap bentuk kompetisi atau turnamen yang ada harus terdaftar dengan aturan federasi setempat. Maka jelas LPI yang merupakan pesaing ISL-nya PSSI tak akan diakui oleh FIFA."(dikutip dari detik.com). Alasan tersebut dinilai beberapa pihak mengada-ada bahkan ada banyak pendapat miring dari beberapa pihak bahwa PSSI takut akan kehilangan keuntungan dari sponsor jika LPI benar-benar jadi digelar. Wajar jika banyak masyarakat maupun pecinta bola di tanah air berpendapat demikian, mungkin karena sebagian besar pecinta bola di indonesia sudah lama tidak merasakan bagaimana atmosfir suatu kemenangan / juara. Boleh dibilang PSSI mandul, minim prestasi, banyak permasalahan di tubuh PSSI berbanding terbalik dengan besaran dana yang dikeluarkan oleh APBD maupun APBN untuk membiayai kompetisi liga. Pengamat sepakbola Tondo Widodo sangat jelas mengatakan bahwa. "Liga apa pun yang ada di dunia tidak ada klub yang berdarah-darah ikut satu liga karena mereka mendapatkan keuntungan dari sponsorship, hak siar dan bonafit dari liga yang berputar, sehingga kehadiran LPI seharusnya disambut baik oleh klub klub Indonesia". Disini sebenarnya peran PSSI dibutuhkan. Dukungan PSSI terhadap segala bentuk IDE yang bersifat membangun terhadap kualitas persepakbolaan di tanah air dan bukannya menakut-nakuti para peserta ISL dengan ancaman "bahwa klub yang membelot ke LPI akan dicoret dari keanggotaan PSSI. Tak hanya itu pengurus dan pemain pun tak bisa ikut serta dalam seluruh kegiatan di bawah bendera PSSI".(dikutip dari detik.com) Disini nasionalisme dari PSSI patut dipertanyakan, jika memang PSSI ingin per sepakbolaan di tanah air berkembang, dan pada akhirnya menunjang prestasi sepakbola Indonesia di kancah dunia semestinya PSSI harus lebih terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H