Lihat ke Halaman Asli

Apa Filsafat Manusia itu?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat manusia atau antropologi filsafati yang merupakan bagian dari integral filsafat in,i secara spesifik menyoroti tentang hakikat atau esensi manusia. Filsafat manusia memang tidak jauh beda dengan cabang-cabang filsafat-filsafat lainnya secara metodis seperti estetika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika.

Apabila dibandingkan dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human studies), filsafat manusia kurang lebih mempunyai kududukan yang sejajar dengan ilmu tersebut. Filsafat manusia mempunyai dua objek dalam kajiannya yakni, objek material dan objek formal. Objek material dari filsafat manusia ini adalah gejala atau ekspresi manusia. Tujuan dari ilmu-ilmu tentang manusia dan filsafat manusia diantaranya untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi manusia.

Namun, apabila ditinjau dari obyek formalnya, kedua jenis ilmu diatas mempunyai perbedaab yang mendasar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa setiap cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasarkan penyelidakannya pada gejala empiris, yang bersifat obyektif dan bisa diukur –dan gejala itu kemudian diselidiki menggunakan metode yang bersifat observasional atau eksperimental.

Berbanding terbalik dengan filsafat manusia, filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau gejala jenis apapun tentang manusia selagi itu bisa dipikirkan atau memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat. Aspek-aspek, dimensi-dimensi, yang bersifat spiritual atau metafisis juga bisa menjadi bahan kajian terpenting bagi filsafat manusia. Hal tersebut merupakan sesuatu yang hendak dipikirkan, dipahami, dan diungkapkan maknanya oleh filsafat manusia.

Karena luasnya gejala manusiawi yang diselidiki manusia, tidak mungkin menggunakan metode yang bersifat observasional. Observasi hanya bisa dilkakukan, kalau gejala bisa diamati. Sedangkan aspek-aspek atau dimensi-dimensi metafisis, spiritual, dan universal hanya bisa diselidiki menggunakan metode yang spesifik, misalnya melalui sintesis dan refleksi (bisa dilakukan sejauh gejala bisa dipikirkan). Karenagejala yang dipikirkan jauh lebih luas dari yang diamati secara empiris, informasi tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) dari pada informasi atau teori yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.

Sumber: Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline