Lihat ke Halaman Asli

Fungsi Konsensus

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Unsure-unsurkonsesus yang lain terkandung dalam bahasa, yang meng-koding keyakinan-keyakinan kognitif, nilai-nilai, norma-norma, dan tujuan-tujuan. Unsure-unsur ini merupakan kategori-kategori gagasan-gagasan yang disetujui oleh para individu bila ingin berhasil mencapai tujuan yang ingin dicapai. Mereka harus mengembangkan konsensus kognitif cara mencapainya. Satu pembagian kerja lagi yakni, penggabubgan antara hubungan instrumental dan solidaritas di antara orang-orang yang menyandang peranan di dalamnya (Durkheim, 1951; 1961). Jika tindakan diulangi lagi atau tujuan memerlukan waktu yang panjang untuk mencapainya, maka masalah mempertahankan komitmen dan upaya menjadi lebih kritis.

Dengan focus selektif dari teori fungsional, model masyarakat modern dikosntruksi sebagai sesuatu dimana pengetahuan, evaluasi, dan tujuan bersama yang dimiliki secara sukarela mungkin diciptakan dengan sedikit pemaksaan. Tatkala konsensus normative terancam, maka consensus ini dilindungi oleh mekanisme keseimbangan. Model fungsional bertautan dengan teori demokratis klasik.

Teori konflik fungsional dikonstruksi dan dielaborasi dalam upaya kompleks untuk menjelaskan asal usul pembentukan dan pemeliharaan consensus dalam masyarakat demokratis yang modern. Kembali mengambil contoh dari analisis Parsons (1966) mengenai hubungan antara Calvinisme dan kegiatan instrumental, melibatkan agama dalam masyarakat. Pasar sebagai penentu alokasi sumber daya yang didistibusikan secara tidak merata, hal ini menggambarkan bagaimana rakyat berusaha untuk tetap mempertahankan dan memenuhi kebutuhan fungsionalnya. Interaksionisme simbolik dan fenomenologi sosial tidak memberikan uraian yang begitu mendetail mengenai masyarakat total, namun begitu rinci dalam memberikan landasan bagi model fungsional. Maka jelas bahwa stabilitas yang selalu berhadapan dengan ancaman kegagalan mengembangkan kebutuhan akan consensus. Faktor ini menjurus kepada faktor konflik, yang di dalam berbagai variasi berpotensi destruktif bagi keteraturan.

Sumber: Ahmad Saefuddin Fedyadi, Phd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline