Lihat ke Halaman Asli

Tolong Ya Asapnya Ditelan!

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="" align="aligncenter" width="277" caption="ilustrasi:gr8ex.us"][/caption] Saya benci rokok. Setiap ada asap rokok pasti tenggorokan langsung gatal dan batuk-batuk. Makanya sebisa mungkin saya menghindari orang yang merokok. Kalau saya kenal baik dengan orangnya, pasti akan saya langsung tegur, namun jika tidak kenal, saya hanya akan batuk-batuk dengan suara keras sembari mengibas-ngibaskan tangan tanda tidak nyaman. Maaf kalau memang agak pengecut, tapi saya juga tidak enak mengganggu orang yang sedang "bunuh diri pelan-pelan". Saya sebut bunuh diri pelan-pelan karena memang rokok berbahaya. Siapapun juga tahu kalau dalam rokok terkandung berbagai macam bentuk zat yang tidak bagus untuk kesehatan. Bahkan mungkin para perokok itu sudah ahapal di luar kepala, mungkin sangking seringnya dinasihati oleh orang-orang terdekatnya. Parahnya, nasihat-nasihat itu hanya akan masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan; alias tidak akan dipedulikan. Alasannya kebanyakan karena susah menghentikan kebiasaan (atau bisa kita sebut sebagai kecanduan) merokok. Zat yang lebih berbahaya lagi justru terdapat pada asapnya. Si smoker beruntung, karena ia tidak menelan asapnya. Justru orang lain yang innocent yang mendapat akibat dari menghirup asap rokok tersebut, karena perokok pasif memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mendapat serangan kanker paru-paru dari pada perokok aktif. Berdasarkan hasil survei Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007, sebanyak 1.127 orang meninggal setiap hari akibat rokok. Jumlah kematian akibat rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah China dan India. Dari 1127 orang yang meninggal itu, 67 persennya merupakan laki-laki. (sumber:detik.com) Untuk mengatasinya, baru-baru ini sedang ramai dibicarakan tentang fatwa MUI yang mengharamkan rokok dan banyak mendapat hujatan dan protes dari berbagai pihak. Salah satu alasan yang paling dikemukakan biasanya adalah betapa besarnya sumbangan rokok bagi cukai negara, bagaimana nasib para buruh pabrik rokok, dan ternyata perusahaan rokok banyak menyokong event-event olahraga, mendukung pendidikan dengan beasiswa, dsb. Saya pikir mungkin fatwa ini bertujuan baik, untuk mengurangi pemakaian rokok. Namun mungkin caranya saja yang kurang tepat. Mengharamkan rokok bukan lantas menjadi jalan keluar. Toh masih juga banyak orang yang melakukan yang haram-haram itu. Lalu apa yang harus dilakukan?. Pertama, jika ditelaah, merokok itu lebih banyak mudharat daripada manfaatnya bukan. Sedangkan hal yang lebih banyak mendatangkan kerugian seharusnya dihindari, dan termasuk makruh dalam Islam (tolong dikoreksi kalau saya salah). Itu hal pertama yang mesti ditanamkan secara mendasar. Kedua, jika tidak bersedia berhenti merokok demi diri sendiri, berhentilah demi orang-orang terdekat yang Anda cintai; istri, suami, ayah, ibu, anak, cucu. Kalau Anda yang merokok, mereka akan terkena akibatnya 2x lebih besar daripada Anda, terutama pada anak-anak dapat meningkatkan resiko untuk mendapatkan serangan ISPA dan gangguan paru-paru dimasa yang akan datang. Anda tidak mau kan melihat buah hati Anda sakit?. Saya sering melihat seorang ayah(bahkan ada juga seorang ibu sekaligus ayahnya) merokok tepat didepan anaknya. Duh, saya cuma bisa mengelus dada. Apa mereka tidak berfikir akibatnya terhadap anaknya?. Seharusnya orang tua memberikan yang terbaik bagi anaknya. Uang untuk membeli rokok kan bisa ditabung untuk biaya pendidikan anak yang semakin mahal. Ketiga, alasan tentang cukai, tenaga kerja, dan sumbangsih yang telah banyak diberikan oleh perusahaan rokok. Memangnya Allah tidak akan memberikan rezeki selain di perusahaan rokok?. Keempat, dan yang terakhir, kalau memang Anda masih ngeyel merokok, sila telan sendiri asapnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline