Lihat ke Halaman Asli

Mengukur Indeks Kebahagiaan Pasutri

Diperbarui: 20 Maret 2016   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teh pagi ini terasa begitu nikmat. Sama seperti pagi-pagi yang lain. Dua sisir roti gandum panggang ikut menyertai. 

Tehyang saya maksud bukanlah minuman dalam arti harafiah atau wujud zatnya. Akan tetapi, segelas air hangat dicampur madu alami dan perasan lemon.

Itulah minuman istimewa setiap pagi yang disajikan istri saya. 

Dan diantara obrolan ringan itu saya melakukan eksperimen dengan sebuah pertanyaan. Saya ingin istri saya jujur menjawab pertanyaan saya ini.

"Berapa persen harapanmu tentang sosok lelaki yang kamu dambakan dulu sebelum menikah kini terwujud?"

Ia tersipu, enggan dan campur ragu. Tetapi saya memaksa. Lantas secepat kilat dia menjawab.

"Tujuh puluh persen..!"

Ow...ow. Ahaa...!

Setiap orang apabila mendapat pertanyaan dadakan terkait pribadinya, dan lalu jawaban yang muncul spontan dan ekspresif, itu adalah jawaban jujur dan cerminan alam bawah sadarnya.

Saya sebenarnya sudah siap mental dan meng-enolkan ego saya kalaupun skor yang diberikan jauh dibawah itu semisal 50%. 

"Lantas kekurangan yang 30 persen ke mana?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline