Lihat ke Halaman Asli

Kyai Kampung in Action

Diperbarui: 10 Juli 2015   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari ini saya rindu mengikuti ceramah dan tausiah kyai-kyai kampung. Ustadz-ustadz sekitaran rumah. Justru di tengah bergemuruhnya para ustadz kota dan tenar bermunculan di mana-mana bagaikan jamur di musim hujan.

Walaupun terkadang cara pemaparan kyai-kyai kampung ini sederhana, tidak terlalu banyak improvisasi, saya menemukan kesungguhan. Saya melihat ada pancaran yang berbeda dari dalam diri mereka.

Pengetahuan mereka umumnya tidaklah terlalu canggih. Cukup tekstual. Bahkan tidak jarang dasar-dasar amat. Tetapi, saya merasa ada sesuatu yang muncul kuat dari dalam.

Dari wajah-wajah dan penampilan bersahaja mereka, tak jarang ditemukan sosok yang menyimpan hikmah serta kedalaman ilmu agama jauh dibandingkan dengan kapasitas para pesohor itu.

Mereka tidak dielu-elukan atau disanjung-sanjung. Naik kendaraan butut. Kalaupun punya mobil, mobilnya juga tahun-tahun tua. Tapi, mereka begitu dekat dengan jamaah.

Beberapa waktu, masjid di tempat tinggal saya mendatangkan AA Gym untuk mengisi tausiah bakda subuh. Sholat subuh kali ini sungguh monumental. Mungkin pertama kali dalam sejarah: jamaah subuh meluber seperti sholat jumat di tanggal merah.

Usai tausiah AA mempersilakan jamaah untuk bertanya. Amran II​, salah satu jamaah bertanya:

"Aa... saya perhatikan selama beberapa tahun ini AA tidak pernah nongol di televisi lagi. Kenapa ya?"

Lalu pimpinan Pesantren Darut Tauhid itu mengatakan kurang lebih demikian:

"Saya cukup begini saja. Untuk apa terkenal? Saya sudah mengalami terkenal, tapi sungguh malah tidak enak. Dengan tidak seperti dulu, saya malah bisa kembali belajar untuk lebih baik lagi. Saya bersyukur ketika banyak yang menghujat saya, karena itu maka saya tidak silau oleh keterkenalan itu dan terus bisa memperbaiki diri untuk lebih dekat kepada Allah".

Menurt AA ketika seorang ustadz tampil di televisi, maka sudah tidak bisa menjadi dirinya sendiri sebagai seorang pencerah yang utuh. Mereka terikat kontrak, target jam tayang dan aturan-aturan teknik sajian dakwah televisi yang malah sering bertolak belakang dengan makna dakwah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline