Lihat ke Halaman Asli

Ana Atikah

@atikahanaaa

Menjaga Hati di Tengah Gempuran AI

Diperbarui: 20 Mei 2023   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

AI (Artificial Intellegence) atau kecerdasan buatan merupakan salah satu teknologi yang diciptakan untuk meniru fungsi kognitif manusia. Seperti kemampuan dasar untuk berpikir, bertindak, hingga kemampuan penafsiran terhadap lingkungan berupa perhatian, bahasa, memori, dan fungsi memutuskan. Untuk dapat membuat sebuah perangkat memiliki kemampuan berpikir dan bertindak layaknya manusia, diperlukan data berupa gambar (visual) dan data non gambar (teks bahasa atau angka). Kedua data tersebut dipergunakan untuk menganalisa cara kerja manusia, pandangan, hingga membalas percakapan.

AI telah merambah ke segala bidang, mulai dari dunia hiburan hingga dunia pendidikan. Bahkan, banyak peran manusia yang mulai tergantikan dengan adanya teknologi AI. Tak main-main, AI tersebut dapat menirukan suara, gambar, hingga pola pikir manusia dengan mengambil data sebanyak-banyaknya.

Fenomena AI yang semakin menyebar luas, dapat menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Teknologi AI dapat membantu manusia menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung atau bahkan yang tak terjamah oleh kemampuan manusia itu sendiri. Tetapi karena hal itu juga lah, keterbatasan manusia dan kemampuannya dapat digantikan dan diambil alih oleh AI. Di tengah gempuran AI, satu-satunya cara yang bisa dilakukan manusia adalah dengan meningkatkan kemampuan agar bisa berjalan beriringan dengan berkembangnya teknologi yang semakin pesat. Selain itu, menjaga hati juga tak kalah penting untuk tetap bisa membedakan manusia dengan teknologi. Rasa simpati dan empati, yang hadir secara lahiriah dari seorang manusia, tak mudah digantikan oleh sebuah teknologi. Bagaimana pun, AI mempunyai keterbatasan dalam memahami konteks di luar data yang ditirunya.

Dokpri

Manusia walau dalam keterbatasannya, selalu memiliki kesadaran diri dalam memahami kekuatan, kelemahan, dorongan, hingga nilai yang ada dalam dirinya. Hal itu yang membuat manusia dapat berkembang sekaligus mengevaluasi diri. Teknologi AI yang canggih, tetap tidak bisa menggantikan peran perasaan yang dimiliki oleh manusia. Karena sejatinya, produk yang dihasilkan ataupun pekerjaan yang dilakukan oleh AI, hanyalah sebuah program yang tidak memiliki kepekaan layaknya perasaan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline