Lihat ke Halaman Asli

Horee, Aku Lolos SNMPTN

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua mana yang tidak bangga dan bahagia ketika anaknya lolos SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)? Jawabannya: mungkin tidak ada. Sudah menjadi rahasia umum di tengah masyarakat kita bahwa mampu melanjutkan pendidikan ke bangku Perguruan Tinggi Negeri merupakan sebuah prestise.

Terdapat dua alasan umum mengapa para orang tua patut merasa bangga. Pertama, menembus SNMPTN adalah hal yang penuh persaingan dan cukup melelahkan. Para siswa harus memenuhi kriteria tertentu jika ingin diterima di PTN impiannya. Nilai akademik yang bagus saja ternyata tidak menjamin seseorang lolos SNMPTN. Hal-hal lain seperti kesabaran, doa, dan strategi (misalnya dalam pengurutan prodi dan pertimbangan daya tampung) mutlak diperlukan. Pasalnya, dari ratusan ribu orang yang mendaftar SNMPTN, yang lolos hanya belasan persen saja. Kemungkinan diterima atau ditolak sama besarnya, alias fifty-fifty. Tengok saja pengumuman SNMPTN pada 9 Mei kemarin, hanya ada 137.005 siswa SMA yang lolos dari total 852.093 pendaftar. Artinya hanya sekitar 16 persen saja yang diterima.

Kedua, banyak orang tua percaya bahwa perguruan tinggi merupakan salah satu gerbang utama menuju kesuksesan. Melalui perguruan tinggi bakat, keterampilan, dan pengetahuan para siswa diasah lebih jauh supaya mereka menjadi manusia-manusia yang ‘berdaya jual tinggi’. Maksudnya, dalam konteks pekerjaan, seorang yang bergelar akademik biasanya mendapatkan upah yang lebih tinggi dibanding dengan yang tidak memiliki gelar. Maka dari itu, tak heran jika ada orang tua yang rela berjuang mati-matian menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi dengan harapan “toh nanti juga kalau sukses pasti balik modal”.

Bebicara tentang arti kesuksesan tentu saja sebagian orang ada yang mendefinisikannya secara berbeda. Seorang lulusan perguruan tinggi dikatakan sukses ketika ia mampu menyelesaikan problematika kehidupan manusia dengan ilmu yang dimilikinya, karena pada hakikatnya fungsi perguruan tinggi adalah melahirkan para cendekiawan. Sejalan dengan definisi katanya, seorang cendekiawan sudah barang pasti mampu memahami segala sesuatu lebih mendalam dibanding yang lainnya. Oleh karena itu, tak jarang para cendekiawan pun dijadikan penyambung lidahnya masyarakat dalam menyampaikan aspirasi kepada pemimpin negara. Tidak hanya menyampaikan aspirasi, para cendekiawan pun harus mampu mencerdaskan masyarakat, seperti membuat mereka paham akan hakikat kebijakan-kebijakan yang dibuat para pemimpin melalui bahasa yang lebih disederhanakan.

Namun pertanyannya saat ini adalah sudahkah perguruan tinggi menghasilkan outpu-output semisal cendekiawan yang mampu menyelesaikan permasalahan? Jika sudah, seharusnya 200 juta jiwa lebih rakyat Indonesia juga ikut merasa bangga ketika 137.005 siswa SMA dinyatakan lolos SNMPTN. Karena ini artinya 137.005 permasalahan di Indonesia akan segera terselesaikan. Namun faktanya ternyata tidak demikian, keadaan Indonesia tetap tidak berubah (penuh permasalahan) meskipun ratusan ribu mahasiswa lulus setiap tahunnya. Alih-alih meyelesaikan permasalahan, yang ada malah menambah permasalahan karena banyak dari mereka yang akhirnya berkontribusi menambah angka pengangguran.

Oleh karena itu, untuk adik-adik yang lulus SNMPTN kemarin, pergunakanlah kesempatan emas ini untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Jadilah para cendekiawan yang tidak hanya mementingkan kebutuhan perutnya sendiri namunjuga kebutuhan umat. Jadilah para pemikir-pemikir ulung yang mampu melihat akar permasalahan umat secara benar sehingga solusi yang diberikannya pun benar. Adapun kemampuan melihat akar permasalahan hanya bisa didapat ketika seseorang telah memiliki kerangka berpikir ideologis. Kerangka berpikir yang mengarahkan segala sesuatu kepada hakikat keberadaannya.

Dalam hal ini, Islam merupakan sebuah ideologi yang paling sempurna. Islam memiliki solusi bagi setiap permasalahan manusia karena Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Sesungguhnya Islam memiliki solusi untuk memperbaiki perekonomian Indonesia yang terpuruk, pendidikan yang karut marut, dan pemerintahan yang kacau-balau. Oleh karena itu, jadilah cendekiawan yang istimewa yaitu cendekiawan muslim yang senantiasa melihat berbagai perkara dari sudut pandang islam. Cendekiawan muslim yang senantiasa menyuarakan Islam agar kembali diterapkan dalam segala aspek kehidupan, tentunya dalam konsep negara Khilafah Islamiyyah.

Wallau’alam bishawwab

https://www.islampos.com/horee-aku-lolos-snmptn-182558/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline