Lihat ke Halaman Asli

Homs My Home

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">Kini aku genap berusia enam
tahun. Seharusnya ini menjadi tahun pertamaku merasakan bangku pendidikan. Sudah
lama aku mendambakan hal itu. Namun, di wilayahku kini tidak ada lagi sekolah.
Yang ada hanya sisa puing-puing bangunannya saja. Mimpiku hancur seketika saat
kekacauan itu terjadi di negara kami. Bermacam serangan muncul dari berbagai
arah, memusnahkan semua yang ada di depannya. Tak hanya bangunan sekolah dan rumah,
tapi juga raga-raga orang tak bersalah.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">Aku tidak tahu banyak soal
kejadian mengerikan ini. Namun, orang tuaku sering mengatakan bahwa kita sedang
memerangi kejahatan. Menumbangkan rezim penguasa kejam dan melawan semua musuh
Tuhan. Mengganti kecacatan dengan kesempurnaan. Kata mereka, Ini lebih dari
sekedar berperang, ini tentang memperjuangkan agama Tuhan.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">Ayahku adalah seorang
mujahid, orang yang membela agama Islam. Sudah sebulan aku dan Ibuku belum
melihat wajahnya. Selama sebulan ini kami tinggal di pengungsian, selama itu
pula ayahku berjuang di medan perang. Aku dan ibuku tidak berharap banyak atas
kepulangannya. Kami ikhlas jika dia harus menemui ajalnya di sana. Mati syahid adalah
cita-cita tertingginya.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">Namun hari ini kami mendapat
kabar bahagia. Ayah meminta ibu dan aku meninggalkan pengungsian dan pergi ke
kota Homs. Kota dimana ayah bertugas. Kota dimana dulu kami tinggal, yang kini penuh
dengan mimpi buruk. Pengeboman, penyerangan, dan pembantaian telah menjadi
pemandangan sehari-hari di Homs.  Homsku
kini tengah menderita.  Tenggelam dalam
kepedihan yang tak dapat dilukiskan oleh kata.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">Ibuku dan aku datang ke Homs
untuk sebuah tujuan; menolong saudara seiman. Sebagai seseorang yang pernah
belajar ilmu kedokteran, ibuku merasa bersalah jika ilmunya tidak dipraktikan.
Saudara-saudara kami yang terluka akibat serangan sangat membutuhkan uluran
tangannya. Selain ahli dalam bidang medis, Ibuku juga kini pandai menembak.
Keahlian itu ia dapatkan di tempat pengungsian. Selama sebulan penuh ia gigih
berlatih bersama para mujahidah senior. Aku sering berpikir, betapa kagum aku
padanya.  Dia mengemban tugas yang
sungguh mulia. Ia seorang Ibu, seorang sniper
sekaligus seorang dokter.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">Sehari sebelum kepergian kami
ke kota Homs. Aku dan Ibu terlibat dalam suatu percakapan yang membuat hatiku
tercekam. Sebuah percakapan tentang hidup dan mati. Pergi ke Homs sama saja
dengan mempertaruhkan nyawa. Namun, entah mengapa, kabar gembira yang terlontar
dari mulut Ibu selalu berhasil melenyapkan kesedihanku.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">“Bagaimana jika dalam
perjalanan ke Homs tentara-tentara jahat itu menyerang kita, Ibu?” tanyaku
lirih. Kebimbangan mulai mengisi ruang hati. Semakin kuat. Tiba-tiba saja
cairan bening bergulir dari mataku, membasahi kedua pipiku.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">“Janganlah kau takut dan
bersedih hati Humaira, Allah ada bersama kita.” Jawabnya mantap. Dia kemudian
memeluk dan menciumku. Di tengah pelukan itu, aku berbisik.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">“Bagaimana jika... jika...  kita...” tenggorokanku tercekat. Ibu
memelukku lebih erat, sepertinya dia sudah tahu apa yang akan aku katakan.

200%">"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">“Itu bukanlah hal yang perlu
ditakutkan nak. Mati syahid adalah sebuah cita-cita yang mulia. Dan jika kita
harus mati disana, maka berbahagialah karena surga menunggu kita... itu
janji-Nya yang sudah pasti.” Bendungan air yang tertahan di matanya akhirnya
jatuh dan meninggalkan bekas di kerudungku.

line-height:200%">font-family:"Times New Roman","serif";mso-ansi-language:EN-US">***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline