Lihat ke Halaman Asli

Dalam Kediaman

Diperbarui: 19 Januari 2016   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lelah
Melabuh dalam tiap langkah jejak
Jemari jemari yang terus memainkan
Melodi kehidupan yang sepi bendera
Bagai terpasung dalam kalimat pasrah
Jika saja cinta itu mampu
Bicara dengan sendirinya
Tanpa aku berteriak dengan lirih
Jika saja cinta mampu
Mengasingkan jalan kepentingannya

Lega
Tanpa harus memimikul rasa
Biar saja simfoni sikap yang perlihatkan
Pada jalannya
Entah terjawab atau tidak
Ah bibir ku kelu mengucap
Karena takdir Tuhan
Tidak bisa aku tebak

Biar smua mengalir bagai
Aliran air yang tak pernah
Ada tepinya
Ya itu sedikit menenangkan
Pertentangan hati dan logika
Bercampur emosi tanpa kendali
Benci yang hanya tertunjuki
Bukan
Itu bukan cinta

Cinta tidak menjebakku
Dalam kemarahan
Cinta menenangkan raga ku dalam
Tasbihnya
Cinta tidak banyak membual
Ya cinta cinta cinta
Tuhan menciptakan untuk menyatukan
Satu Kata dengan beragam pembedaan
Cinta cinta cinta
Tak sesederhana ketika terucap
Karena cinta
Tidak hanya bicara
Wahai pemuja
Cukupkan niat untuk bersandiwara
Dalam kepura puraan tanpa hati
Biar duga
Sesegera terakhiri
Dan jua menjauh pergi
Sehingga aku tahu pasti
Jawaban yang ku cari cari

Lalu sampai kapan bertahan
Memandang langit yang kian pekat
Ya ku sedang tak ingin mengemis memikat
Biarlah caraku dalam kediaman
Hingga hilang tiada titik yang memukau
Dan tertinggalkan kenangan dalam doa

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline