Lihat ke Halaman Asli

Ana Fauzia

Mahasiswi

Semaput adalah Jalan Ninjaku

Diperbarui: 10 Desember 2021   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini aku berangkat agak terlambat dari biasanya. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 30 menit naik bis, itu pun kalau jalanan tidak sedang macet. Dengan buru-buru aku berlari sekencang mungkin untuk bisa sampai ke halte. Hari ini rasanya aku begitu sial, pekerjaan rumah tidak sempat selesai kukerjakan karena mati lampu, ditambah hari ini aku mungkin akan dijemur oleh Pak Mahmud karena terlambat.

"Ahhh, bagaimana bisa aku telat bangun, padahal mimpiku tadi malam juga nggak indah-indah banget" gumamku sambil gelisah tak karuan di dalam bis, serasa ingin turun dan berlari secepat kilat. Dengan rasa syukur, aku pun sampai di depan gerbang sekolah, ku lihat jam di tangan ku menunjukkan pukul 7.20 am, itu artinya aku terlambat 20 menit. 

Sejenak aku diam, dan memikirkan alasan apa yang sekiranya masuk akal. Dari kejauhan terlihat anak-anak cowok sedang bersiap untuk jam olahraga hari ini. Ahhhh betapa malunya diriku, ini kali pertama aku telat masuk sekolah. Kalau saja aku sampai dihukum dan dijemur di tengah lapangan, pasti kelas akan ramai sekali akan pembicaraan tentangku.

Aku pun berlari menuju gerbang dengan penuh rasa bersalah, mengharapkan kerendahan hati dan rasa kasihan Pak Mahmud. Namun betapa naasnya nasib diriku, sesampaiku di hadapan Pak Mahmud, kaki ku terpeleset dan membuatku terjatuh. Saat terjatuh, dalam sepersekian detik ide cemerlang ku muncul bagai mendapatkan wahyu dari langit. 

"Hmmmm, sepertinya aku lebih baik pura-pura semaput saja biar aku bisa masuk. Kalau nanti aku sudah sampai di dalam, kemudian di tanya kenapa bisa telat, aku bisa jawab kalau hari ini badan ku serasa tidak enak sehingga aku sampai jatuh pingsan" gumamku dalam hati.

Tidak lama kemudian terdengar suara Pak Mahmud memanggil anak-anak cewek untuk membantu mengangkat badan ku dan membawa ku ke ruang UKS. Ketika sudah sampai diruang UKS, akhirnya aku bisa bernapas lega dan lolos hari itu dari penjagaan Pak Mahmud. Tak bisa kubayangkan bagaimana aku akan berdiri di tengah lapangan dan ditonton oleh anak-anak satu sekolah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline