Charles Wright Mills adalah seorang sosiolog yang berasal dari Texas, Amerika. Ia lahir pada tanggal 28 Agustus 1916 dan wafat pada 20 Maret 1962. Milss menjalankan studinya di Universitas Wisconsin dan berkarir di Universitas Columbia. Mills memiliki latar belakang yang kontroversial karena kritik tajamnya pada Amerika. Meskipun Mills besar di Amerika, ia memiliki perspektif yang berbeda dari kelompok intelektual lainnya. Jika dominan memiliki perspektif structural fungsional, maka Mills mengacu pada perspektif konflik yang berakar dari pemikiran Marxisme.
Berikut adalah sumbangsih pemikiran Mills dalam perkembangan ilmu sosiologi
- Rasionalisasi. Selain Marx, Milss juga dipengaruhi oleh pemikiran Webber yang menonjolkan rasionalisasi. Rasionalisasi adalah sifat dasar manusia. Perubahan sosial yang terjadi tidak dapat dipisahkan dari sejarah serta struktur sosial yang membentuk manusia menjadi bagian dari suatu masyarakat. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan. manusia melakukan tindakan yang didasari oleh pengetahuannya guna tercapainya sebuah tujuan.
- The Power Elitte. Buku ini terbit pada tahun 1956. Buku ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan sosial yang disebabkan oleh Perang Dunia II dan adanya depresi ekonomi, sosial, dan politik. Dari perubahan sosial ini, mills melihat 3 kelompok dominan yang menguasai Amerika, yaitu pengusaha, politisi, dan militer yang berada di puncak piramida sistem sosial masyarakat. Kekuasaan hanya berputar pada 3 kelompok tersebut. Melalui 3 kelompok tersebut, tercipta keseimbangan yang membentuk rasa ketergantungan satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh latar belakang kelas sosial, proses interaksi, kesamaan kepentingan yaitu tetap terjaganya dominasi kekuasaan. Di dalam masyarakat Amerika, kekuasaan juga menguasai opini masyarakat melalui media massa. Informasi bersifat satu arah yang telah dikonstruksi oleh 3 kelompok penguasa. Oleh karena itu, Mills menyebutnya sebagai The Power Elite.
- The White Collar. The White Collar adalah kelas menengah yang berada di antara kelas pemodal dan kelas pekerja pada masa revolusi industri Amerika. Meskipun White Collar adalah profesi atau dapat dikatakan sebagai pekerja, tetapi mereka tidak memproduksi sebagaimana yang dihasilkan oleh kelas pekerja, melainkan manajemen atau pengelolaan produksi. Sama halnya kelas pekerja, White Collar mengalami alienasi karena tidak memproduksi apapun. Selain itu, proses alienasi dipengaruhi oleh ketidakberpihakan kepada kelas pemodal maupun pekerja. Akibatnya, White Collar mencari alternative hiburan untuk menemukan jati dirinya, seperti yang dikatakan oleh Marx. oleh sebab itu, Mills dianggap sebagai salah satu yang melanggengkan pemikiran Marx dan menjadi pembeda dengan mayoritas Amerika yang menggunakan pemikiran structural fungsional Parson.
- Imajinasi sosiologis. Buku Imagination Sociology terbit pada taun 1959 dan turut berkontribusi mengenai cara pandang ilmu sosiologi. Menurut Millls, structural fungsional Parson tidak menjelaskan realitas sosial yang sebenarnya atau hanya bersifat macroscopics. Oleh karena itu, ia mengajukan cara berikir yang disebut dengan imajinasi sosiologis. Cara berfikir ini memadukan macroscopics dan molecular atau realitas makro dan mikro. Mills ingin menjelaskan adanya hubungan kedua realitas sosial tersebut. Tujuannya adalah mengetahui akar dari masalah makro atau public issue yang ada pada realitas mikro atau personal trouble. Hal ini dikarenakan oleh adanya keterkaitan antara 3 komponen pembentuk imajinasi sosiologi, yaitu sejarah, biografi, serta struktur sosial. Dengan imajinasi sosiologi, Mills menawarkan konsep berpikir yang ekstrim. Kita dapat berasumsi mengenai suatu masalah sosial dengan menggunakan sudut pandang orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H