Lihat ke Halaman Asli

Ana Nur Fitri

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Sosiologi Modern; Pierre Bourdieu

Diperbarui: 2 November 2022   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pierre Bourdieu merupakan pemikir asal Prancis yang lahir pada tanggal 1 agustus 1930. Pemikirannya sangat berpengaruh pada kajian analisis sosial serta filsafat di abad 21, salah satunya yang popular adalah konsep dari kehidupan berupa praksis sosial yang jika dipahami sangat berkesinambungan dengan kehidupan kita sehari-hari. . Ia mengatakan bahwa, kehiduan berupa praksis sosial berisi dialektika antara eksternalisasi interior dan internalisasi eksterior. Kedua konsep ini saling mempengaruhi dan tidak bisa dipisahkan. Eksternalisasi interior adalah segala sesuatu yang kita pahami dari luar diri yang kemudian diaktualisasikan ke dalam tindakan. Sedangkan internalisasi eksterior adalah apa yang kita lihat menjadi aspek yang mempengaruhi diri. Praksis sosial terdiri dari habitus, modal atau kapital, serta arena. Ketiga aspek ini saling berkaitan satu sama lain.

  • Habitus. Habitus adalah kebiasaan yang diperoleh dari proses sosial yag panjang dan menjadi terstruktur dalam masyarakat dan keberadaanya dilegitimasi, sehingga kebiasaan tersebut menjadi langggeng. Meskipun demikian, habitus tidak permanen. Habitus melekat pada diri seseorang dan setiap kelompok masyarakat memiliki habitus yang berbeda.
  • Kapital atau modal. Habitus yang tepat dapat membawa seseorang mendapatkan kapital. Bourdieu membagi kapital ke dalam 4 jenis; kapital ekonomi, intelektual, sosial, dan budaya. Kapital yang paling berpengaruh ialah . kapital juga mencirikan habitus seseorang.
  • Arena. Arena adalah ruang yang ada di masyarakat. Untuk memenangkan arena diperlukan habitus dan modal, serta strategi yang tepat. Arena juga mempengaruhi habitus individu yang ada di dalamnya.

Di dalam dunia sosial, secara tidak sadar terjadi dominasi simbolik. Sederhananya, dominasi simbolik dilakukan oleh para penguasa atau kelompok mayoritas yang terasa begitu normal tanpa membuat kita merasa ditindas. Misalnya, masih banyak pelajar di Indonesia yang tidak memiliki kesempatan berkuliah akibat factor ekonomi yang tidak mendukung. Dalam hal ini, Bourdieu melihat pendidikan sebagai sarana kelas dominan untuk mempertahankan kelasnya. Orang yang tidak memiliki habitus serta modal yang sesuai, tidak diterima di dalam arena pendidikan. Oleh karena itu, Bourdieu menyebutnya sebagai Doxa atau usaha untuk mempertahankan kekuasaan dan kelas sosial. Bahasa digunakan sebagai dasar untuk melakukan dominasi simbolik.

Dominasi simbolik menghasilkan persaingan antarkelas yang disebut dengan distinction dan resistance. Keduanya merupakan strategi untuk menegaskan kelas masyarakat. Jika distinction digunakan sebagai pembeda kelas atas dengan bawah, maka resistance berkebalikannya. Resistance merupakan bentuk perlawanan dari kelas bawah. Keduanya dapat mengakibatkan perubahan sosial jika diiiringi dengan habitus dan kapital di arena yang tepat. Persaingan dipengaruhi oleh strategi yang berjalan dengan sendirinya atau secara otomatis. Strategi ini dapat berupa investasi biologis dan ekonomis, edukatif, simbolik, dll.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline