Lihat ke Halaman Asli

Ana Nur Fitri

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Mengenal Pemikiran Tokoh Sosiologi Klasik

Diperbarui: 14 September 2022   05:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selain memiliki paradigma ganda, Sosiologi juga ditopang oleh Grand Theory yang merupakan buah pemikiran dari para tokoh Sosiologi Klasik, yaitu Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Ketiga teori ini menjelaskan fenomena masyarakat secara makro. 

1. Karl Heinrich Marx lahir pada 5 Mei 1818 di Trier, Jerman. Marx terkenal dengan tesisnya yaitu materialisme dialektis yang merupakan antitesis dari pemikiran Hegel. Materialisme dialektis mengatakan bahwa ide atau kesadaran itu adalah wujud dari kenyataan yang terjadi. 

Marx melihat masyarakat sebagai komponen yang di dalamnya terdapat basic structure berupa ekonomi. Artinya, ekonomi seseorang mempengaruhi individu. Basic structure ini akan mempengaruhi suprastrukturnya, yaitu pendidikan, hukum, politik, bahkan tingkah laku individu. Oleh karena itu, hal ini sering disebut dengan determinasi ekonomi. 

Selain itu, Marx juga mengeluarkan gagasannya berupa alienasi manusia atau keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam konsep teori Marx, terdapat pembagian kelas sosial masyarakat atau yang biasa disebut dengan kelas borjuis dan proletar. Kaum proletar, atau yang bisa kita sebut dengan tenaga buruh, dapat mengalami alienasi. Hal ini dapat terjadi karena para buruh mengalami keterasingan dari hasil produksi yang mereka kerjakan. 

Oleh karena itu, terbentuk suatu keadaan di mana para proletar mengalami kesadaran palsu dan berusaha untuk memperjuangkan kelasnya. Konsep perjuangan kelas adalah meniadakan kepemilikan atas mode of production, sekaligus pemerataan pendistribusian hasil produksi. Hal ini kita kenal dengan sosialisme. Namun, sosialisme hanyalah angan-angan semu atau utopis. Oleh karena itu, Marx menghadirkan komunisme sebagai pemikiran yang tepat untuk menggantikan sosialisme.

2. David Emil Durkheim, lahir pada 15 April 1858. Gagasannya berupa fakta sosial yang merupakan relasi antara struktur dan institusi sosial yang mempengaruhi tingkah laku individu. Fakta sosial merupakan realitas yang terjadi di luar pemikiran manusia. 

Dalam karyanya, Division of labour in society, Durkheim melihat perubahan masyarakat pada saat itu. Hadirnya revoludi Prancis memicu terjadinya krisis individualisme. Industrialisasi yang meningkat membuat masyarakat terbagi dua berdasarkan pembagian kerjanya, yaitu Solidaritas organik dan mekanik. Solidaritas organik bersifat modern, masyarakatnya cenderung heterogen, dan tingkat individualismenya tinggi. Sedangkan solidaritas mekanik sifatnya sederhana, masyarakat homogen, masyarakat dapat masuk ke dalam institusi kerja tanpa melalui sekolah formal. 

Selain itu, karyanya yang berjudul Suicide juga memberikan sumbangsih terhadap ilmu sosiologi. Durkheim beranggapan bahwa individu yang bunuh diri tidak hanya disebabkan oleh masalah psikis atau ekonomi saja. Melainkan adanya faktor sosial yang mempengaruhi. Ia membagi bunuh diri ke dalam 4 jenis, yaitu anomie, fatalistik, egoistik, dan altruistik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline