Lihat ke Halaman Asli

Menuai Senja

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menuai senja

Senja sore hari begitu indah terlihat, begitu hangat mendekap raga bersama mega, sengaja Tuhan cipta untuk mengantar manusia mendekati waktu dan tempat istirahatnya yang sementara. Kala senja tiba, energi fisik tak lagi berkualitas baja, tak lagi lincah menggelora. Emosi dan perasaan tak seterang mentari bercahaya sepanjang pagi dan siangnya. Pikiranpun masih terus berputar oleh beban-beban kehidupan, sedang di depan mata mulai hadir bayang esoknya kehidupan.

Akan memilih untuk beristiahat sementara atau melanjutkan menguras pikiran dan tenaga untuk mempersiapkan kehidupan esok hari, semua adalah pilihan dan tergantung kemampuan, keyakinan dan iman.


Sebaris kata bijak yang umum didengungkan, bahwa tua itu pasti sedang dewasa adalah pilihan. Bukankah hari tua pun juga belum pasti? Benar, maksudnya bukanlah masa tua tetapi menjadi bertambah tua adalah pasti. Berapapun batas betambah tuanya manusia, ada yang hanya berkesempatan hidup 25 tahun, 10 tahun bahkan 5 tahun dst. Serba tidak pasti dan serba tidak tahu, apakah nantinya usia masing-masing diantara kita bertahan hingga masa lanjut usia.  karena ketidak pastian itu pula, sehingga penting juga untuk mempersiapkannya, jika kemudian masa itu datang memberi kesempatan kehidupan kepada kita.

Harus disadari bahwa begitulah roda usia kehidupan, masa lanjut usia atau masa senja ibarat saat-saat senja sore tiba di setiap harinya. Bersiap rehat, bersiap bermunajat, bersiap bermuhasabah, dan bersiap berhisab amal dan dosa.

Saat beristirhat, maka pilihannya adalah bersiap nyenyak atau bersiap tersiksa, bersiap menghadap wajahNya atau bersiap tergoda oleh beratnya membuka kelopak mata, bersiap mengevaluasi diri atau bersiap menatap esok dengan nilai yang sama dengan hari ini.

Saat senja menjadi isyarat waktu istirahat, suasana alam begitu menggoda manusia untuk menaiki tempat pembaringan. Membawa perasaan bahwa beristirahat sejenak adalah aktifitas prioritas yang butuh disegerakan. Tapi pikiran kadang mengalahkan kondisi fisik yang mulai mengeluh resah karena lelah. Fisikpun makin lelah ketika pikiran yang mengalahkan adalah pikiran yang penuh akan nafsu dunia, namun lelah fisik akan menjadi harmoni ketika beriringan dengan pikiran yang dipenuhi oleh imankepada Tuhan. Benar sekali, iman turut menenangkan fisik, jiwa dan pikiran dengan aura-aura surga yang dimilikinya.

Pikiran yang dipenuhi iman, masih akan sempat mengalunkan dzikir mengingat kebesaran Tuhan dengan apapun alasan keadaan. Sedang pikiran penuh nafsu, kian pandai mencari-cari alasan untuk menunda dan terus mendahulukan nafsu duniawinya. Aktifitas penat seharian akan tersegarkan oleh kesejukan iman di dalam jiwa manusia.

Atau, senja akan menjadi isyarat purnanya segala amanah kemanusiaan sepanjang kehidupan. Amanah pekerjaan, rumah tangga, pendidikan anak dan seterusnya. Dan tibalah masa untuk menjadi sosok wisdom-man, masa dimana orang disekitar mulai menjadikannya sebagai pembimbing dan penasihat kehidupan. Masa dimana hari-hari lebih cenderung dipenuhi oleh aktifitas yang bersifat spiritual dan religius. Ya, karena bayang 'kesendirian pnjang' kian rajin menghadiri suasana hati dan kehidupan di masa senja. Pertanyaanya, apakah semuanya akan mencapai dan menjadi sosok wisdom-man? No, lagi-lagi kembali ke pasal awal bahwa tua adalah pasti sedang dewasa adalah pilihan. Ingat-ingat saja bagaimana sikap kakek nenek kita, atau orang-orang yang sudah berada pada masa lanjut usia. Pasti akan menemukan perbedaan, ada yang sangat dewasa dan bijaknya, tapi juga ada yang sebaliknya.

Menjadi wisdom-man, hanya akan dicapai oleh mereka yang sejak dini terbiasa belajar dan mempelajari kehidupan. Oleh mereka yang tak henti membaca dan mengambil makna dari segala gejolak alam di sekitar lalu menerapkannya dalam kehidupan pribadinya. Tidak menyengaja diam dan bertahan dengan segala kondisi yang membuat aman dan nyaman, tidak pula menyengaja diam di kala tahu bahwa ada banyak hal kebaikan yang bisa dilakukan.

Akan seperti apa masa senja kita nantinya?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline