Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka untuk Presiden

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yth.Bapak Ir. Joko Widodo

Presiden Republik Indonesia

Di tempat

Dengan hormat,

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas kinerja pemerintahan Bapak selama beberapa bulan ini. Saya tahu, ini merupakan pengalaman pertama Bapak dalam memimpin Negara, meskipun pengalaman birokrasi Bapak sudah cukup mapan, baik di Solo maupun DKI Jakarta. Hal ini tentu bukan pekerjaan yang mudah, karena harus mengatur dan mengayomi ratusan juta Rakyat Indonesia dengan semua keanekaragaman budayanya. Oleh karena itu saya akan tetap mendukung segala upaya yang Bapak lakukan selama itu untuk kepentingan rakyat banyak.

Yang kedua, ijinkan saya mengkritisi kebijakan Bapak, terutama berkaitan dengan harga BBM. Saya dulunya sangat mendukung kebijakan bapak terkait pengurangan subsidi BBM, meskipun berdampak pada kenaikan harga-harga di pasaran, namun ada dampak beberapa dampak positifnya, antara lain: (1) Para kalangan rakyat menengah ke atas menjadi malas membeli premium dan banyak yang beralih ke BBM non subsidi karena harganya yang beda tipis, (2) Para anak muda yang kerjaannya nongkrong, suka trek trek an, dan semacamnya akan berpikir ribuan kali karena harga BBM yang mahal, (3) Para ibu-ibu rumah tangga akan semakin menghemat biaya pengeluaran belanjanya, (4) Orang akan bekerja lebih giat mengingat harga barang kebutuhan yang tinggi, dan terakhir (5) Alokasi dana subsidi BBM bisa dialokasikan pada sector pendidikan dan kesejahteraan masyarakat kecil. Namun, seiring dengan waktu, mungkin desakan sangat banyak, baik dari elit politikus yang di Senayan, maupun rakyat banyak, yang mana rakyat kecil mengeluh dg BBM naik biaya hidup naik sedangkan penghasilan tetap, dan rakyat besar juga mengeluh dg BBM naik tak bisa hura-hura serta keuntungan yang turun ditambah dengan harga minyak dunia yang naik turun, akhirnya harga BBM juga turun.

Disinilah yang mau saya kritisi sebenarnya. Ketika harga BBM turun, logikanya setiap barang kebutuhan juga turun, tarif angkutan massal juga turun, sehingga beban rakyat juga menurun. Namun apa daya, tidak sesederhana itu. Mengutip berita dari detik.com yang menyatakan Organda DKI akan surati Ahok minta tariff tidak diatur pemerintah, dari sini dapat kita simpulkan bahwa tidak baik jika melempar BBM pada mekanisme pasar, karena kenyataannya kita semua tahu kalau harga barang sudah naik, meskipun BBM turun pasti akan sulit untuk turun juga, mengingat pihak penyedia barang dan jasa tentu akan memanfaatkan kondisi ini untuk meningkatkan keuntungan mereka sendiri, karena manusia adalah makhluk yang egois dan ekonomis. Hal ini tentu membuat beban rakyat kecil, rakyat pra sejahtera menjadi semakin memprihatinkan. Karena meskipun ada bantuan dari Bapak yang bernama Kartu Indonesia Sejahtera, namun masih banyak yang tidak merata. Bukan salah Bapak dengan ketidakmerataan Kartu itu, tapi salah Ketua RT masing-masing, karena pemerintah yang paling dekat dengan rakyat adalah jabatan RT.

Saya yakin sekali, Bapak bersedia maju menjadi Presiden Republik Indonesia dengan tujuan tulus, yakni menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera, bukan hanya rakyat kalangan atas atau para politikus saja yang sejahtera, tapi semua bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tolong buat kebijakan dengan berorientasi terhadap kesejahteraan masa depan Indonesia. Kalau perlu buat kebijakan yang tidak popular lagi seperti menetapkan harga BBM yang tetap, misalnya tetap Rp 8500, meskipunharga minyak dunia naik turun namun ada harga BBM khusus untuk transportasi massa, misalnya Rp. 5000. Dan setiap SPBU dijaga satu anggota tentara atau polisi khusus untuk mengawasi SPBU guna menjaga BBM tepat sasaran, daripada polisi gendut-gendut yang hanya menjaga pos polisi saja. Dengan demikian banyak masyarakat akan beralih menggunakan transportasi massal, berdampak pada pengurangan kemacetan jalan, serta penghematan BBM demi anak cucu kita nanti, karena BBM merupakan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui.

Mohon diingat pak, kalau harga BBM murah, konsumsi BBM cenderung tinggi, sedangkan Negara Kita memiliki cadangan BBM yang tidak sebesar dengan konsumsi BBM, kalau BBM habis 10, 20, 30, 40, 50 dan beberapa puluh tahun lagi memang kita sudah tiada, namun nasib anak cucu kita bagimana, sementara pemanfaatan energy alternative non BBM masih sangat rendah. Tolong jagan pikirkan hanya 5 tahun ke depan selama masa jabatan Bapak, tapi juga puluhan tahun ke depannya juga pak. Karena dengan pengalihan subsidi BBM juga dapat digunakan untuk biaya-biaya riset guna menciptakan energi alternative yang baru, daripada menguap menjadi asap yang justru mencemari lingkungan dan merusak lapisan ozone yang meningkatan global warming.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian Bapak. Saya selalu berdoa agar Bapak tetap amanah dalam menjalankan tugas sebagai Presiden Republik Indonesia, serta tetap diberi kesehatan dan kemudahan dalam bertugas, sekaligus mengingatkan bahwa doa rakyat kecil yang tulus yang mengantarkan Bapak menjadi Presiden, bukan hasil dari permainan kotor elit politik, karena sepintar-pintarnya bermain politik kotor, Kalau Alloh sudah berkehendak, bisa apa mereka?

Demikian dari saya, mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan.

Malang, 17 Januari 1015

Anggi Indah Yuliana




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline