Lihat ke Halaman Asli

Kritik atau Evaluasi?

Diperbarui: 12 September 2015   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Contoh orang yang berbincang, saling mengevaluasi"][/caption]

Tanpa sadar artikel yang kita buat itu biasanya bertujuan sebagai bahan evaluasi, khususnya untuk pemerintahan. Namun apakah evaluasi yang kita lakukan sudah benar? Ternyata ada dua kesalahan yang sering kita lakukan saat melakukan evaluasi, Sehingga Saat evaluasi kita harus melakukan hal yang sifatnya sebagai berikut:

  1. Evaluasi harus dilakukan dengan rendah hati, tidak sombong, dan tidak merasa lebih pintar dari yang dievaluasi.

contoh kasarannya seperti ini. Kita punya temen yang kelakuannya pengen banget kita nasehatin, tp kita sombong duluan sehingga saat kita melakukan evaluasi kita sering menyatakan "aku tuh ga begitu," atau "aku dulu/ sekarang gini gitu". Iya sih kita sharing pengalaman. Tp saat evaluasi dilakukan coba turunkan ego. Namun kita juga dituntut untuk tidak rendah diri, contohnya, madih nyambung dari yg sebelumnya. orang rendah diri itu seperti ini. "Aduh gimana ya.. aku takut kalau.." "aduh, hemmm.. sulit juga masalahmu" dan lainnya yg sifatnya rendah diri.

Nah dalam evaluasi baiknya kita ada di tengah-tengah itu. contohnya: "iya, masalahmu cukup sulit, tapi coba aku membantu karena aku pernah mempunyai masalah serupa." kesannya lebih enak dan lebih bisa diterima.

 

  1. Saat melakukan evaluasi, berpikirlah positif, jangan selalu menjudge yang ada di depan mata sebagai hal negatif.

Nah ini yang aku taruh sebagai judul artikel kita. Sering kali kita mengkritik (meskipun ada istilah kritik yang membangun) dibandingkan menggali potensi yang ada untuk mencapai suatu tujuan. Memang evaluasi harus menyentuh dua sisi, baik dan buruk, tapi memang mudah mencari keburukan hal yang kita evaluasi dibandingkan kebaikan/ kelebihannya. contoh untuk teman lagi: "kemarin caramu itu salah" "tuh kan, kamu salah begini begini begitu" atau misalnya saat kita mengevaluasi sebuah kota misalnya. pasti kita akan bilang "kota X drainasenya buruk, sampahnya berserakan, airnya keruh". Padahal yang seharusnya dilakukan oleh seorang evaluator juga mengidentivikasi potensi yang ada, di samping masalah.

Yang seharusnya dilakukan adalah, cobalah berpikir positif saat melakukan evaluasi. contoh untuk teman: "Kamu itu pede banget, pinter, tapi kamu perlu memperbaiki tata bahasamu"

contoh untuk kota: "Kota X sudah mempunyai drainase yang menjangkau seluruh kota, namun terdapat masalah sumbatan di sini sini dan situ"

 

Dan pada akhirnya. kegiatan evaluasi itu untuk perubahan ke arah yang positif bagi objek yang dievaluasi, bukan untuk mengkritik. Mungkin saja banyak potensi evaluator di Negara kita ini, tapi potensinya kurang terdengar karena tidak positif sehingga apa yang dievaluasikan tidak menjadi bahan pertimbangan untuk memperbaiki Negara kita tercinta ini.

Intisari dari perkuliahan saya yang diisi oleh Dr.Eng. Maryono

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline