Lihat ke Halaman Asli

Sebagai “ Teman Ahok”, Saya Minta Maaf kepada Pospera, Tapi ….

Diperbarui: 26 Juni 2016   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adian Naputupulu Kampanye, http://news.liputan6.com

Sebagai Teman Ahok dalam tanda kutip, saya minta maaf kepada Pospera sebagai bentuk tanggung jawab moral karena telah jatuh cinta kepada Teman Ahok dan Relawan Ahok. Permintaan maaf ini bukan karena saya salah mengambil sikap dan juga bukan karena telah melakukan kekerasan verbal di sosial media seperti yang Pospera tuduhkan kepada sesuatu yang saya cintai, permintaan maaf lebih dikarenakan bentuk penghormatan kepada yang terlanjur lahir sebagai  “abang-abang”

Sebagai orang muda sungguh sangat tidak mengenakan di hati ketika harus membuat  “yang merasa senior “ turun gunung hanya untuk urusan Pilkada Jakarta.  Membuat “abang-abang”  harus meluangkan waktu hanya untuk menanggapi Teman Ahok yang masih bau kencur, yang dalam pandangan Pospera masih miskin pengalaman. Izinkan juga saya membela Teman Ahok walaupun sedikit sebagai basa-basi budaya ketimuran menyusul permintaan maaf saya.

Saya melihat teman Ahok tidak punya hubungan dan tidak pernah berhubungan dengan Pospera, Teman Ahok hanya mempunyai urusan sedikit dan ala kadarnya hanya dengan Richard dan kawan-kawanya yang tidak tahu diri itu (sebagai teman), pun Teman Ahok tidak pernah menyebut P-O-S-P-E-R-A dan partai tertentu, justru Pospera lah yang berusaha dengan mencurahkan seluruh tenaga untuk bagaimana bisa ikut “menikmati” Panggung Pilkada Jakarta, dan publik di luar Jakarta pun akhirnya mengetahui bahwa ada Relawan yang namanya Pospera, ternyata Pospera adalah relawan Jokowi, bukan Koperasi seperti dugaan awal saya ketika mendengar kata Pospera. Jujur sewaktu melihat postingan seorang kompasianer yang judulnya memuat kata “Pospera”, dibenak saya, Pospera itu singkatan dari Koperasi Sapi Perah, tenyata sebuah perkumpulan agung mantan aktivis terbaik tahun 98. 

Dari selebaran yang berisi sikap tertulis Pospera ala “aktivis kampus”, Saya juga baru menyadari bahwa ternyata Teman Ahok gemar melakukan kekerasan verbal di media sosial versi Pospera.  Kekerasan Verbal yang saya pahami adalah kekerasan berupa “Hate speech”  dalam bentuk penghinaan terhadap Suku, Agama, Ras, dan umunya yang menjadi obyek adalah minorities people.  Anak kecil juga tahu siapa sebenarnya yang kerap melakukan kekerasan verbal di Sosmed, apalagi seorang bernama Jonru pasti paham betul dan tahu sejarah hate speech di Indonesia.

https://twitter.com/jonru

Yang paling membuat saya shock, pernyataan Adian Napitupulu, sebagai koordinator Pospera. Yang mengatakan bahwa “Anggota Pospera adalah demonstran terbaik pada tahunnya”.  Apakah ini memang harus dibanggakan? Tolak ukurnya apa sehingga menjadi terbaik? Apakah dilihat dari berapa kali frekuensi mengikuti Demonstrasi atau seberapa sering anda senyum dan selfei di depan aparat kepolisan?  Sepengetahuan saya, belum ada Demonstran Idoldi selenggaran di Republik ini sebagai ajang pemilihan Demonstran terbaik dan Demonstran terpopuler. Mungkin Adian Napitupulu bisa sedikit flash back kebelakang di tahun 1998 dan mengingat kembali teman-teman seperjuangan mereka. Apa yang Adian telah lakukan untuk teman-teman seperjuangan yang menjadi korban penembakan trisakti? Mumpung anda jadi anggota dewan, tunjukan kalau anda demonstran terbaik dimasa itu dengan mengungkap siapa dibelakang Tragedi Trisakti dan Semanggi sebagai bentuktanggung jawab moral

Salam Santun

Bahan  1   2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline