Lihat ke Halaman Asli

Akbar Muhibar

Mahasiswa, Blogger dan Vlogger

Patutkah Siaran Langsung TVOne Dipermasalahkan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari ini santer tersiar kabar tentang penyelamatan pesawat AA Q8501 yang langsung disiarkan oleh TVOne. Bisa dibilang tv ini mendapatkan siaran eksklusifnya sebagai tonggak kembalinya kepercayaan pemirsa kepada tv ini. Sebelumnya tv dalam naungan viva ini mendapatkan julukan TVOne, selalu berbeda, akibat blunder besar yang dilakukannya ketika pilpres - menyiarkan hasil quick count pemilu yang jauh berbeda dengan keadaan aslinya.
Perlahan, ketanggapan sang kameramen dalam menangkap momen penemuan jenazah pertama menuai protes, baik itu keras maupun dengan cacian saja. Saya sendiri saat siaran langsung penyelamatan tersiar di televisi, sedang berada di kampus karena ada beberapa urusan yang mesti diselesaikan. Namun semua dosen yang ada di ruangan tertuju pada layar kaca, melihat perlahan salah seorang tim SAR turun dari pesawat dan tiba-tiba kamera mengarah pada sebuah objek bergerak. Seketika itu juga sang kameramen berani memperbesar gambar, dan disanalah sebuah tragedi tragis ditonton oleh seluruh orang - di dunia.
Saya sendiri ketika menyaksikan hal itu langsung berkata, "itu kenapa gambar ngga di blur?" dan seketika itu juga, saya sadar, ini siaran live dan tentunya tidak ada editing in line dalam pesawat ataupun kesempatan untuk memburamkan gambar. Disinilah, kontroversi yang saya bahas diawal terjadi. Berbagai media massa di luar negeri menyatakan bahwa kebenaran akan nasib pesawat AA Q8501sebagai kebenaran yang disajikan secara brutal.

The Guardian Online, keluarga menerima konfirmasi nasib pesawat yang hilang dengan brutal.
Bukan hanya guardian saja, namun ada juga beberapa media massa lainnya yang memberikan nada serupa. Intinya, pelaporan jurnalistik yang dilakukan tidak menghargai korban.
Kembali ke judul besar di atas. Patutkah dipermasalahkan? Menurut saya ini tergantung dengan sang pengamat berita. Toh anda masih memiliki remote untuk mematikan tv anda.
Saya lebih memilih posisi netral, mengapa? karena :
1. pemberitaan pada media dikontol dengan kode etik jurnalistik yang secara jelas dan nyata melarang penyiaran hal yang bertentangan dengan HAM dan potensi berita dengan "disturbing picture", sehingga orang-orang merasa tidak enak ketika menyaksikan paket berita. Informasi tentang kode etik ini bisa dengan mudah anda dapatkan di internet dengan sekali klik saja.
2.Namun, kenyataan di lapangan bisa berbalik 180° dari teori dan kode etik yang diterapkan, alias tidak ada hal yang pasti di dunia ini, gampang diputarbalikkan oleh Yang Maha Kuasa. Bahkan sang kameramen sendiri tidak mengetahui apa yang akan dia lihat selanjutnya dan sang reporter juga tidak dapat memberikan berita selanjutnya tanpa adanya berita terdahulu. Hal ini pun berlaku ketika sang jurnalis mencari sebuah berita yang belum ditentukan waktunya atau lokasinya alias found by accident. Berita seperti ini juga tetap harus memenuhi kaidah bernilai berita, aktual, dapat dipercaya dan serentetan syarat lainnya.
3. Keterbatasan kemampuan sang kameramen dalam menganalisa juga bisa menjadi baru sandungan dalam kejadian ini. Karena sepanjang pengambilan gambar, benda-benda yang berhasil direkam adalah puing pesawat. Otomatis ketika melihat benda yang mengapung, sang kameramen refleks untuk memperbesar gambar. Ternyata yang terakhir adalah gambar dengan nilai berita dan informasi paling berharga, namun celakanya, diambil tanpa mengingat kaidah jurnalistik, on the spot dan yang tadi, refleks. Sempatkah disunting di atas pesawat dengan keadaan darurat? Tentu saja tidak.
4. Ketika siaran langsung berakhir, saya juga melihat TVOne langsung memburamkan gambar yang tidak seharusnya ditayangkan sebanyak tiga kali, yang pertama dengan pemburaman ingkaran hitam, yang kedua dengan pemburaman kuat dan yang terakhir dengan memberika watermark pada video yang didapatkan. Berkali kali sang pembawa acara menyampaikan permintaan maafnya karena menampilkan gambar yang tidak semestinya setiap berita itu akan disampaikan. Saya secara refleks menukar siaran ke tv sebelah, saya kira gambar berharga juga mereka dapatkan, namun tidak. Gambar yang tv sebelah dapatkan tidak sejelas yang tvone punya, karena diambil dari jendela pesawat. Untuk keberanian dan kecakapan kameramen tvone, saya acungi jempol, karena tidak semua kameramen bisa merekam dan mendapatkan golden time pada saat seperti itu. Anggaplah sang kameramen seperti peliput amatir yang merekam saat kejadian tsunami dari lantai 2 rumahnya yang kini selamanya video itu milik metrotv, atau video kecelakaan pesawat lion air yang berhasil direkam kamerawan antv yang hingga kini masih melegenda karena ketanggapannya mengambil gambar.
5. Pada akhirnya kenetralan saya didasari oleh hal berikut. sang kameramen sudah menjalankan tugasnya sebagai pencari berita yang aktual, faktual dan bernilai berita tinggi. Tvone pun sudah berkali kali meminta maaf kepada pemirsanya maupun keluarga dari penumpang AA Q850 sebagai upaya mengikuti kode etik jurnalistik.Upaya prefentif juga sudah dilakukan oleh tim di bandara juanda dengan memisahkan keluarga dengan para jurnalis serta menyekatnya dengan kain sehingga tidak bisa mengambil gambar ke dalam ruangan. Disisi lain, gambar yang sudah diambil akn menjadi arsip berharga bagi bangsa ini baik untuk Basarnas, KNKT dan pihak lainnya agar keesokan harinya tidak terjadi lagi - meskipun melawan kode etik.
Penampilan gambar secara vulgar tentu menimbulkan gejolak emosi yang luar biasa. Keluarga penumpang AA Q8501 tidak bisa disalahkan karena demi anggota keluarganya tercinta, mereka setia menanti berbagai informasi yang hadir di layar kaca dan menanti kepastian mereka. Hak-hak informasi dari keluarga juga harus dipenuhi, tapi tidak boleh meresahkan dengan menyebarkan berita palsu, sehingga psikologis keluarga terjaga.
Untuk para jurnalis, jangan lupakan perasaan para keluarga penumpang pesawat. Berita bukan alat peningkat rating, tapi berita adalah hak masyarakat untuk menerima informasi yang bertanggung jawab. Jangan sekali kali pongah dan berusaha mencuci otak para penonton, alias eksploitasi pemikiran dan cara berpikir masyarakat.
Untuk para masyarakat yang mencaci siaran langsung kemarin, terimalah maaf yang selalu diulang, karena kesatria adalah orang yang memaafkan. Jika tidak terima juga, silahkan dilaporkan dengan cara yang telah ditentukan negara. Terus kawal pemberitaan di televisi indonesia, karena anda adalah pengontrol televisi di rumah anda.
Untuk para keluarga penumpang AA Q8501, saya turut berduka cita atas kejadian ini. Semoga para keluarga selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tubuh kita milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. Percayalah, Tuhan memiliki rencana yang baik kedepannya. Jangan menyerah dan tetap bangkit dalam menjalani hidup, karena orang terkasih kita tidak ingin melihat kita bersedih.
Selamat tahun baru 2015.
New dream, new hope, new spirit.
@Akbarcubar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline