"How Dare You!" Seberaninya Kamu! Saya memilih judul itu, setelah dari "ruang peristirahatan" menikmati masa pensiun sebagai wakil rakyat, penuh hikmat menyaksikan lewat media jejaring sosial, para mahasiswa yang tengah mengaspal -- berunjuk rasa menyuarakan aspirasi rakyat -- hanya berbekal tangan hampa.
Sebegitu berani berhadapan aparat keamanan yang memanggul laras senapan. Jelas terlihat, moncongnya sesekali dihadapkan ke arah kerumunan mahasiswa.
Sebaliknya, sebegitu berani, para aparat menindaki para pengunjuk rasa itu. Menerjang orang-orang yang tak lebih kurang, saudara, adik-adik, bahkan anak-anaknya sendiri.
Memukuli orang-orang yang hanya bermodalkan idialisme semata, turun memperjuangkan sesuatu hal yang tak lebih kurang, bagian dari kepentingan keluarga dan dirinya sendiri. Orang-orang yang tak lebih kurang, secara alamiah kelak akan mengambil alih regenerasi kepemimpinan bangsa ini.
Telah banyak darah, tumpah bercecar di atas aspal, bahkan menyebabkan hilangnya nyawa dari pengunjuk rasa - konon - akibat diterjang mesiu aparat. Menyaksikannya, timbul rasa sesal, juga rasa geram.
Dan sebagai mantan aktifis yang dulu ikut-ikutan "parlemen jalanan", serta mantan anggota "parlemen resmi dalam ruangan", seolah ada kekuatan dalam diri, memanggil-manggil agar segera keluar dari "ruang peristirahatan" untuk ikut kembali ke gelanggang mengaspal.
Rasa geram seperti itu makin menindidih setelah beberapa hari sebelumnya, Senin 23/9/2019, tertantang oleh ulah seorang gadis belia - berusia 16 tahun - berorasi dengan suara lantang, lalu sebegitu berani ia mengarahkan telunjuknya ke arah puluhan kepala negara yang tengah duduk manis saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) soal iklim di markas PBB, New York Amerika Serikat. "How dare you!". Beraninya kamu! Disampaikannya secara berulang dengan rasa gagah berani.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ikut duduk manis mendengar pidato gadis belia itu, sebaliknya menuding padanya "How dare you!". Ya, gadis itu benar-benar berani. Namanya Greta Thunberg - lengkapnya Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg - lahir 3 Januari 2003.
Ia masih belia tapi memilih jalan hidup sebagai aktifis lingkungan di negaranya, Swedia. Berulang kali, ia turun memimpin pemogokan siswa di sejumlah sekolah, memperjuangkan iklim global.
"Jika para pemimpin dunia memilih untuk mengecewakan kita, generasi saya tidak akan pernah memaafkan mereka", ujarnya mengawali pidatonya.
Meski diberi kesempatan berpidato, hanya 4,5 menit dengan memanfaatkan 495 kata, tetapi oleh sejumlah pengamat memuji-muji pidato Greta Thunberg menyamai pidato pendek disampaikan Abraham Lincoln, Presiden Amerika ke-16, saat penahbisan Pemakaman Gettysburg, 19 November 1863, hanya 3 menit dan 273 kata,.