Lihat ke Halaman Asli

Catatan Tercecer Pasca Pilpres 2014 (6)

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14055408651746650823

[caption id="attachment_315702" align="aligncenter" width="531" caption="sumber photo: merdeka.com"][/caption]

Paul Gurita versus Quick Count

Oleh Armin Mustamin Toputiri

Pesta tertinggi persepakbolaan dunia, Fifa World Cup 2014 di Brasil, telah usai. Kesebelasan “tim panser” Jerman, sekali lagi mencatatkan diri sebagai tim tangguh. Pilpres RI 2014, pun telah usai pencoblosan 9 Juli lalu, namun hasilnya belum diketahui. Entah siapa gerangan tim tangguh peraih suara terbanyak dari rakyat. Entah nomor urut 1(Prabowo-Hatta), atau nomor urut 2 (Jokowi-JK). Hasrat ingin tahu akan hasil sebenarnya, masih bergejolak. Semua pihak harus menghormati proses. Rekapitulasi suara masih juga berlangsung. Jenjang demi Jenjang. Tahap demi tahap. Saatnya 22 Juli nanti, seluruhnya pasti akan terkuak.

Fifa World Cup menghasilkan pemenang saat itu juga, ketika pluit panjang milik sang wasit dibunyikan. Sementara Pilpres menghasilkan pemenang, bukan disaat itu juga ketika rakyat selesai mencoblos serta perhitungan suara di TPS, tetapi berproses panjang hingga saatnya KPU sebagai wasit mengetukkan palu. Dua bentuk pertarungan yang membuahkan pemenang dengan proses berbeda. Sepakbola membuahkan hasil berdasar tetesan keringat para pemain dalam setiap kesebelasan, sementara pilpres membuahkan hasil berdasar suara yang diberikan rakyat, meskipun untuk mendapatkannya, juga memerlukan lelehan keringat.

Pilpres berdasar suara rakyat, sehingga memungkinkan untuk diterka hasilnya sebelum hari pencoblosan tiba. Entah melalui jalur metode ilmiah atau entah melalui hitungan-hitungan non-ilmiah. Sementara pertarungan sepakbola yang membuahkan hasil berdasar keringat para pemainnya, sehingga tidak memiliki sama sekali alat ukur untuk mengetahui hasilnya kelak. Pertaruangan sepakbola memiliki wasit, tapi bukan juri. Pertarungan pilpres, pun juga punya wasit (KPU), dan juga bukan juri sebagai penentu. Penentu adalah rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Yang dipilih adalah pemimpin, yang memilih adalah yang akan dipimpin.

Kedua pertarungan yang bakal menghasilkan pemenang. Yang satunya sebatas piala penanda kedigjayaan hasil keringat sendiri. Sementara satunya lagi, bukan hasil keringat sendiri, makanya sebatas penerima mandat dari rakyat. Itu sebabnya, banyak pengamat mengemukakan jika Fifa World Cup 2014 di Brasil kali ini, kehilangan gairah karena bertepatan Pilpres. Bisa saja benar, tapi lebih tepat bagi saya, karena Fifa World Cup kali ini, kehilangan Si Gurita “Paul the Otopus” yang selalu memberi ramalan tepat. Tetapi ramalan penghuni akuarium “sea Life Center” itu, sebatas mistik, kini tergantikan statistik. Quick count metode ilmiah, sekalipun ramalannya berselsih dan kontroversi. Tak lain karena quick count punya juri penentu, bukan wasit.

Makassar, 14 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline