Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Syam

Terus menulis untuk perubahan

Kalau Bukan Saya Tak Ada Makam Pahlawan untuk Upacara

Diperbarui: 18 Agustus 2016   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ilustrasi/desain-repro: Abdul Muis Syam)

PARA kolonialis (penjajah) yang pernah melakukan penindasan kepada rakyat pribumi di Indonesia di masa silam, saat ini bisa saja menilai dan berkata, bahwa semua anak-anak serta cucu-cucu pejuang pergerakan dan kemerdekaan Indonesia harusnya berterima kasih kepada kami (penjajah).

Para penjajah tentu saja akan menganggap, bahwa semua anak-anak dan cucu-cucu para pejuang itu tidak akan bisa mengadakan upacara kehormatan (ziarah) nasional sekaligus renungan suci di Taman Makam Pahlawan (TMP), apabila tidak dilakukan penindasan (pembunuhan) di bumi pertiwi ini.

“Kalau dulu enggak saya tindas (bunuh) para pejuang negeri ini, enggak ada tempat buat anak-anak bangsa yang hidup saat ini untuk melaksanakan upacara kehormatan (ziarah) pada HUT Kemerdekaan mereka,” demikian paling tidak ungkapan yang bisa dilontarkan oleh kaum kolonialis angkuh yang tak ingin disalahkan atas penindasan yang dilakukannya.

Ungkapan kolonialis seperti itu tampaknya mirip-mirip yang diungkapkan oleh Ahok ketika mengetahui Ahmad Dhani dan Rizal Ramli menggelar upacara HUT Kemerdekaan RI ke-71 di Pasar Ikan dan di Bukit Duri bersama warga setempat. Yakni, dua daerah hunian rakyat yang telah dibumi-ratakan (digusur) oleh Ahok.

“Kalau enggak saya robohin (gusur) itu bangunan liar, enggak ada tempat buat upacara sebetulnya. Betul enggak? Jadi harusnya terima kasih,” ujar Ahok di Balai Kota, Kamis (18/8/2016).

Pertanyaannya, apakah pantas Rizal Ramli dan Ahmad Dhani beserta warga tergusur itu berterima kasih kepada Ahok yang telah menggusur tempat mereka menjadi “lapangan” hingga bisa melakukan upacara HUT kemerdekaan?

Pertanyaan serupa: apakah pantas anak-anak bangsa saat ini berterima kasih kepada kaum kolonialis, karena kalau mereka (penjajah) tidak melakukan penindasan (pembunuhan), maka tak ada Taman Makam Pahlawan untuk melakukan upacara kehormatan?

Dan ungkapan seperti itulah yang setidaknya menunjukkan, bahwa sikap dan tutur kata Ahok tanpa ia sadari membuka “kedoknya” sendiri yang sangat menyerupai seorang  penjajah, penindas rakyat kecil demi membela dan mengamankan kepentingan kaum kapitalis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline