Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Syam

Terus menulis untuk perubahan

Rakyat Menanti Pasangan Capres Kuda Hitam, bukan "Komodo Hitam"

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Kuda Hitam dan Komodo Hitam.

[caption id="" align="alignnone" width="599" caption="Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Kuda Hitam dan Komodo Hitam."][/caption] SECARA leksikal, kuda adalah binatang menyusui dan berkuku satu. Umumnya, kuda dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan dan sebagainya. Artinya, kuda di belahan bumi mana pun sangat erat dengan kehidupan manusia sejak zaman dahulu hingga sekarang, baik dijadikan sebagai sarana transportasi, peternakan, makanan, hingga dijadikan hewan perlombaan adu kuat dan kecepatan. Itulah mengapa kuda dijadikan satuan hitungan “Horse-Power” pada mesin-mesin kendaraan manusia, bukan Rhinoceros Power, Elephant Power, atau lain sebagainya. Sementara Komodo adalah biawak besar atau spesies kadal tersbesar di dunia yang terdapat dan berasal di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Sebagai reptil purba yang hidup di zaman Dinosaurus, Komodo memiliki perilaku makan dengan cara mencabik potongan besar daging untuk ditelannya bulat-bulat, sedangkan tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liurnya yang kemerahan dan keluar setiap saat dalam jumlah banyak amat membantu Komodo dalam menelan mangsanya. ----------------- Terlepas dari gambaran pemahaman terhadap dua hewan yang berlainan jenis di atas, namun dengan mencoba menghubungkannya dengan suasana politik Indonesia jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2014, tentunya kedua hewan ini sangat menarik untuk dijadikan sebuah bahan “referensi” tersendiri dalam mengamati isu-isu maupun animo politik yang sedang mencuat akhir-akhir ini. Adalah tahun 2014 menurut pandangan pakar fengsui merupakan tahun kuda kayu. Dari pandangan ini, khususnya dalam dunia politik diprediksi kuat akan memunculkan pemimpin negeri yang sebelumnya tidak diperhitungkan atau kurang diunggulkan namun tidak disangka-sangka justru berhasil tampil sebagai pemenang dalam Pilpres 2014. Dan inilah kemudian yang lazim disebut sebagai sang “Kuda Hitam”. Pada Pemilu Legislatif (9 April 2014) yang baru lalu, ramalan tentang “Kuda Hitam” ini nampaknya telah terbukti. Yakni tampilnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai pemenang dengan mendapatkan suara terbanyak dalam Pileg 2014 tersebut. Di mana sebelumnya selama 10 tahun PDIP adalah parpol yang berada di luar pemerintahan sebagai oposisi. Dengan posisinya sebagai parpol oposisi, jelas saja PDIP dinilai sangat kurang memiliki ruang gerak untuk melakukan manuver di dalam pemerintahan, atau dengan kata lain tidak “seleluasa” seperti yang dimiliki oleh parpol penguasa beserta para parpol koalisinya yang berada dalam lingkaran kekuasaan. Namun nyatanya, pada Pileg 2014 ini PDIP justru berhasil mendudukkan dirinya di papan atas sebagai parpol yang memperoleh suara terbanyak sekaligus mengalahkan para parpol yang selama ini berada di dalam pemerintahan. Dan sekali lagi, PDIP dalam hal ini dapat disebut sebagai parpol “kuda hitam”. Kemudian, “Kuda Hitam” selanjutnya adalah siapa (dua sosok) yang akan berhasil terpilih menjadi pasangan presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2014 sekaligus sebagai pemimpin di negeri ini? Bahwa, sebagai parpol pemenang Pileg, PDIP sudah memberi mandat kepada Joko Widodo (Jokowi) sebagai Capres. Dan tentunya, hal ini kemudian menjadi “incaran” sekaligus “sasaran” oleh parpol lain, terutama oleh para elit politik. Oleh parpol lain dan sejumlah elit politik, PDIP menjadi incaran agar dapat diterima sebagai parpol koalisi sekaligus (parpol lain yang ingin berkoalisi tersebut) berharap agar sosok mereka dapat diterima sebagai Cawapres. Sementara di sisi lain, parpol dan elit politik lainnya tentunya sedang sangat sibuk membangun poros (koalisi) guna menggabungkan perolehan suara agar dapat pula memajukan satu pasangan calon (Capres-Cawapres), sekaligus  sudah pasti hal ini merupakan salah satu upaya untuk “menaklukkan” pasangan yang akan dimajukan oleh PDIP pada Pilpres 2014 ini. Artinya, dari sejumlah pengamat saat ini boleh jadi memandang bahwa PDIP kini sedang berada di posisi yang sangat rawan “tergelincir” karena menjadi “sasaran” empuk dengan “dikeroyok” oleh sejumlah parpol papan tengah. Namun menurut saya, kondisi “dikeroyok” seperti itu justru akan menjadikan pasangan calon (Capres-Cawapres) dari PDIP bisa kembali menjadi “Kuda Hitam”. Yakni seperti ketika PDIP menjadi parpol oposisi, namun akhirnya bisa berhasil menjadi pemenang Pileg. Tetapi, untuk kembali menjadi “Kuda Hitam” yang akan memenangkan Pilpres 2014 ini, adalah tentunya itu  sangatlah tergantung kepada siapa sosok yang akan akan ditunjuk oleh PDIP sebagai Cawapres mendampingi Jokowi pada Pilpres 9 Juli 2014. Perlu digarisbawahi, bahwa apabila dalam proses penentuan dan penetapan Cawapres dilakukan hanya berdasar pada sebuah “kesepakatan” dari sejumlah parpol yang berkoalisi dengan PDIP nantinya, maka istilah “Kuda Hitam” dengan sendiri tidak lagi berada kepada pasangan calon PDIP tersebut, juga tidak kepada seluruh parpol lainnya yang kini sedang berusaha membangun poros tengah. Artinya, jika kondisi itu yang berhasil terbangun, maka tidak ada lagi “Kuda-Hitam”. Yang ada hanyalah “Komodo-Hitam= KOmpromi MOdal DOngkrak - Hitam”. Yakni pasangan calon (Capres-Cawapres) yang disepakati untuk maju bertarung berdasar kompromi dan modal (kekuatan uang) untuk didongkrak sebagai pemenang dalam Pilpres, dengan tujuan hanya untuk pemenuhan kepentingan dan kepuasan masing-masing kelompok. Dan jika pasangan calon (Capres-Cawapres) “Komodo-Hitam” seperti itu yang berhasil terpilih dalam Pilpres 2014, maka mari kita bergegas untuk kembali membuyarkan segala impian dan harapan kita selama ini. Sebab, perilaku dan cara makan Komodo bisa dipastikan akan terjadi dalam lima tahun ke depan. Sungguh mengerikan..!?!?! Namun sebelum penetapan, kita tentunya masih berharap semoga masih ada pasangan calon yang meski tidak diunggulkan namun dinilai bisa nantinya bekerja sekuat dan secepat kuda dalam mengatasi persoalan-persoalan bangsa dan negara (karena memang ahli dan punya kredibilitas, integritas, serta kapasitas) maka itulah yang akan tampil sebagai “Kuda-Hitam”, dan bukan “Komodo Hitam”. ------------------ SALAM PERUBAHAN 2014......!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline