Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Syam

Terus menulis untuk perubahan

Tak Cemas, Siapapun Jadi Presiden yang Penting Para Menterinya Diisi oleh Ahlinya

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BISA dipastikan, para Tim Sukses (Timses) dan seluruh pendukung fanatik kedua pasangan capres Pemilu Presiden (Pilpres) saat ini sedang sangat diliputi kecemasan tingkat tinggi.

Saking cemasnya, sampai-sampai kedua kubu langsung membangun opini dan bergegas mendeklarasikan diri sebagai pihak pemenang Pilpres sesuai hasil quick-count yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga survei, beberapa saat sesudah pencoblosan usai, Rabu (9 Juli 2014).

Tak tanggung-tanggung, quick-count tersebut langsung dipublikasikan di berbagai media massa, terutama di sejumlah stasiun TV.

Lucunya, sejumlah stasiun TV tersebut saling menyajikan hasil quick-count dari lembaga-lembaga survei yang disinyalir juga “berasal” dari masing-masing kubu, sehingga sangat wajar jika angka-angkanya pun sangat berbeda.

Memang, sebagian masyarakat mengaku sangat bingung dengan perbedaan hasil quick-count yang disiarkan oleh para stasiun TV tersebut, namun masyarakat di lapisan tertentu sudah maklum dengan “sikap” sejumlah stasiun TV dan juga “ulah” dari para lembaga survei tersebut yang seakan memang sengaja diposisikan oleh kedua kubu sebagai “bumper” dalam menangkal berbagai “serangan” lawan, dan juga untuk menggulirkan pandangan-pandangan keberpihakan terhadap jagoan masing-masing.

Sehingga tak usah heran, mengapa sejumlah media TV dan para lembaga survei di kedua kubu itu kini saling memberikan dan menyajikan keterangan serta informasi yang sangat berbeda.

Anehnya, meski Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menyatakan bahwa hasil rekapitulasi penghitungan suara Pilpres baru akan diumumkan pada Selasa (22 Juli 2014), namun para timses beserta para pendukung fanatik di kedua pasangan Capres masih juga tetap “ngotot” mengklaim diri masing-masing sebagai pihak pemenangnya.

Sekali lagi itulah bentuk kecemasan yang sangat berlebihan, dan sekaligus tanda bahwa kedua kubu sesungguhnya tidaklah siap untuk kalah. Dan dari sini, ujung-ujungnya bisa ditebak, bahwa kedua capres seakan cuma berburu kekuasaan dan nampak hanya lebih mengutamakan kepentingan kelompok masing-masing. Sebab kedua capres seakan tak rela jika pasangan capres lain yang nantinya ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU.

Di mata dan di benak mereka seolah-olah akan terjadi kiamat apabila capres lawan yang berhasil keluar sebagai pemenang Pilpres.

Padahal, jika memang kita sepakat memandang pelaksanaan Pemilu adalah sebagai upaya dan momen yang sangat mendasar untuk memulai pembenahan baru terhadap kondisi bangsa dalam suasana pemerintahan yang baru pula, maka kecemasan berlebihan seperti itu sesungguhnya tak perlu dimunculkan. Sebab bukankah kita memiliki tujuan yang satu dan sama terhadap negara ini? Yakni membangun serta memajukan bangsa dan menyejahterakan rakyat Indonesia.

Olehnya itu, siapa pun yang terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, sesungguhnya tak perlu dicemaskan. Sebab kelak yang lebih banyak bertindak sebagai ujung tombak adalah para menteri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline