Lihat ke Halaman Asli

Presidenku SBY: Masak Sih Bapak Selicik dan Sejahat Itu?

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selaku orang yang biasa-biasa saja, saya agak terkejut melihat photo Bapak yang dimuat di media sosial yang menurut saya agak janggal. Presidenku jadi pemenang Oscar!

Bukan hanya itu, komentar yang balas membalas menuduh Bapak berpura-pura mendukung pilkada langsung di “youtube”, tetapi memerintahkan anggota partainya memenangkan pilkada tidak langsung, untuk kemudian seakan-akan menyesal setelah pilkada tidak langsung justru menjadi pemenang.  Andaikan hal tersebut benar, alangkah licik dan jahatnya Bapak. Manusia dinilai dari integritasnya, tanpa integritas manusia tentu hanyalah ular belaka.

Berbeda dengan komentar dan bukti-bukti  yang beredar yang seakan-akan “mengiyakan”  hal tersebut, nurani saya berkata lain. Saya mengikuti kata demi kata dan ekspresi Bapak saat mendukung Pilkada langsung, hati saya mengatakan bahwa Bapak tidak sedang bersandiwara. Di saat ada tarik-tarikan yang kuat antar koalisi yang terjadi; saat dengan nyata-nyatanya para pejabat teras partai Demokrat sepertinya anti-pilkada langsung; ucapan Bapak sungguh memberi harapan. Melihat video tersebut, pasti sebagian besar petinggi Demokrat “kecewa” dan “kecele”. Andaikan ada yang sudah punya deal-deal dengan pihak tertentu, pasti menjadi serba salah.

Tetapi itulah Bapak; jiwa kenegarawanan Bapak jelas. Bukan masalah kekuasaan, yang terpenting apa yang terbaik menurut rakyat. Bapak tidak lupa sejarah bahwa pemilihan langsung yang mengantarkan Bapak menjadi presiden. Semua tentu tahu, saat Bapak pertama kali ikut nyapres, berapa sih jumlah anggota DPR dari Demokrat?.  Andaikan dilakukan lobi-lobi atau “dagang sapi” antara partai di DPR; saya tidak yakin Bapak akan menjadi calon presiden. Jangankan presiden, wakil presiden pun mungkin tidak. Paling tinggi, mungkin hanya jadi menteri utama.

Tapi apalah mau dikata. nasi sudah jadi bubur, UU Pilkada tidak langsung sudah disahkan. Partai Demokrat mendapatkan cibiran, #ShameOnYouSBY jadi trending topic dan Bapak dipaksa menanggung semua kesalahan bahkan dituduh sebagai pemain sinetron dengan piala Oscar di tangan (hinaan yang menurut saya tidak pantas dan menyakitkan sampai anak cucu).

Saya tidak setuju, Bapak harus menanggung hal tersebut.  Kalaupun ada kesalahan,  seharusnya itu adalah kesalahan moral sebagai pimpinan sebuah partai di mana moral dianggap tidak penting.  Mungkin juga kesalahan memilih orang-orang yang bermuka dua menduduki posisi penting dalam partai Bapak. Saya yakin mereka-mereka mengerti apa yang Bapak maksudkan dengan pilihan pilkada langsung, tetapi mereka berusaha pura-pura “bodoh” dan menggunakan opsi 10 syarat yang diajukan sebagai cara untuk melawan Bapak sendiri karena punya kepentingan lain.

Kesalahan lain, mungkin juga karena Bapak sebagai sang komandan tidak di tempat saat pertempuran penting berlangsung.  Sebagai seorang awam, bagi saya sedikit agak janggal tetapi saya percaya bahwa Bapak pasti punya alasannya. Cerita kabar burung, Bapak agak peragu, kurang “firm” dan cenderung menghindar dalam mengambil keputusan yang memiliki potensi konflik.  Tetapi saya tidak terlalu mengerti dan tidak berani berkomentar mengenai itu. Saya sadar diri, wawasan saya terlalu kecil untuk bisa menilai kepemimpinan Bapak.

Luhut si Raja Minyak dari Medan, mengatakan bahwa ada sms dari Bapak untuk menyuruh walk-out dari ruang sidang.  Anak SD pun tahu, walk out pada saat itu artinya mendukung pilkada tidak langsung yang bertolak belakang dengan arahan Bapak sendiri. Apakah itu benar?

Saya yakin itu tidak benar dan pasti ada yang berkata bohong. Tidak usah tunggu proses politik kiri kanan yang membingungkan rakyat atau judicial review di MK, sebaiknya proses hukum saja orang-orang yang memutar-balikkan fakta atau yang sengaja bermuka dua. Tidak cukup proses internal partai, menyebarkan fitnah dan kebohongan tentunya cukup pantas untuk berhadapan dengan hukum pidana. Bapak juga tentu tahu, sebagian besar rakyat tidak terlalu percaya proses internal dalam partai.

Pemimpin bisa salah dan setiap pemimpin memiliki kelemahan. Tetapi pemimpin bukanlah pemain lenong atau sandiwara.  Saatnya Bapak menunjukkan kepada rakyat apa sebenarnya yang terjadi dan menunjukkan ketegasan untuk terakhir kalinya. Hal tersebut mungkin tidak akan bisa membalikkan kembali keadaan, atau mengurangi fitnahan kepada Bapak. Tetapi setidak-tidaknya membuat semua orang belajar, bahwa walaupun masa jabatan presiden tinggal berapa bulan lagi; Pak SBY bukanlah pemain sandiwara dan masihlah perlu dihormati apalagi oleh anggota partainya sendiri.

Segeralah Pak berbuat sesuatu. Kalau tidak berbuat apa-apa,  saya khawatir calon pengusung pilpres tidak langsung akan punya argumentasi baru. “Pemilihan langsung memang menghasilkan Ahok, Kamil atau Ibu Risma yang dikenal sebagai pemimpin yang luar biasa. Tetapi jangan lupa, pemilihan langsung juga menghasilkan SBY. Bukan hanya sebagai Bupati atau Gubernur, tetapi menjadi Presiden. Bukan hanya sekali, tetapi sampai dua kali”.

Mohon maaf jika ada kata saya yang salah. Saya memang hanyalah rakyat biasa yang terbelakang dan bodoh sehingga tidak cukup cakap untuk memilih pemimpin saya sendiri.  Sebagai rakyat biasa, kami juga sering menghabiskan uang negara dan mendorong para pejabat negara untuk melakukan money politics dan korupsi. Berbeda dengan para anggota dewan yang terhormat; agung, tidak korupsi dan tanpa cacat cela. Mereka juga sangat bijaksana, memilihkan pemimpin untuk rakyatnya.

Salam hormat untuk Presidenku SBY. Mudah-mudahan dikenang sebagai negarawan sejati di bumi Indonesia tercinta. #ProudForSBY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline