Menyingkap Dunia Dinamis Para Jurnalis dan Orang-Orang di Sekelilingnya. (Kata Pengantara Novel ‘Berita dari Kurawan’ Karya Kholid Amrullah)
[caption caption="Novel yang terinspirasi dari pengalaman liputan/kholid amrullah"][/caption]Menyingkap Dunia Dinamis Para Jurnalis dan Orang-Orang di Sekelilingnya.
(Kata Pengantara Nover ‘Berita dari Kurawan’ Karya Kholid Amrullah)
Novel karya Kholid Amrullah ini adalah saksi. Salah satu tokoh penting dalam novel ini adalah Panca, seorang warta-wan di sebuah koran. Ia memberikan kesaksian melalui kegia-tan-kegiatan reportasenya atas berbagai masalah di kota tem-pat ia ditugaskan. Perjuangan dalam mengungkapkan fakta dan dinamika kehidupan sang wartawan memberikan kesan bahwa kerja jurnalis penuh tantangan dan suka-duka. Sebagai novel realis, karya Kholid Amrullah ini menghadirkan berba-gai peristiwa yang mudah dicerna dan diikuti alurnya.
Dialog-dialog antar tokoh menggunakan bahasa yang lugas dan tak berkepanjangan, identik sekali dengan gaya kutipan-kutipan pendek para wartawan pada sumber berita yang kemudian dituliskan. Sebagai jurnalis, Kholid tentu sangat akrab dengan kegiatan peliputan dan telah terbiasa dengan style narasi ini.
[caption caption="Novel yang terinspirasi dari pengalaman liputan/kholid amrullah"]
[/caption]Di balik kisah kehidupan jurnalistik, novel ini juga men-ceritakan kehidupan personal Panca, istri dan anaknya selalu setia menunggu kehadirannya meski telah larut malam, mem-berikan dukungan dan tentu memberi tempat yang nyaman. Namun di sisi lain sang istri mengkritiknya baik secara lang-sung dan tak langsung. Kehidupan wartawan yang penuh dengan pengembaraan seringkali membuat kehidupan ke-luarganya dinamis dan diwarnai kejutan-kejutan. Konflik da-lam kerja-kerja jurnalistik tergambar dalam novel ini dipadu dengan konflik-konflik personal yang menunjukkan kontes-tasi jagad besar, jagad penuh idealisme besar yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak dalam bahtera kota dan bangsa, dengan jagad kecil yang bisa dikaitkan dengan keluar-ga di mana sang wartawan berhadapan dengan bahtera rumah tangga. Lebih jauh kisah tentang hubungan antar war-tawan yang menjadi bagian penting dalam novel ini menun-jukkan bahwa relasi antar wartawan selain dibangun atas semangat pertemanan dan persahabatan juga penuh persai-ngan yang keras.
Sisi lain yang menarik dari novel ini adalah gambaran hubungan sosial sang wartawan tidak hanya dengan para elit yang ia akan ungkap tindakan-tindakan koruptifnya namun juga dengan orang-orang kelas bawah seperti Mbok Jinah penjual nasi di warung, Parmin sang tukang ojek, Sabran si kuli bangunan, serta Salimin, satpam di kantor tempat sang wartawan bekerja hingga malam. Kasus korupsi pejabat yang diinvestigasi Panca mendapatkan tanggapan dari Parmin warga kota kalangan bawah yang tak mampu beli rumah, se-mentara hasil korupsi telah membawa sang pemimpin memi-liki banyak rumah mewah.
Ironisnya lagi, warung reyot milik mbok Jinah terancam dibongkar paksa oleh Satpol PP, yang merupakan kepanjangan tangan dari para pemegang kendali pemerintah kota. Kemunculan Mbok Jinah dan perannya di beberapa bagian novel sebelum dia meninggal, hingga narasi tentang rumah Mbok Jinah di bagian akhir cerita dan juga Sal-man, jurnalis sahabat Panca, yang masih single dan dikisahkan juga berkutat dalam asmara bisa menimbulkan tanya dalam pikiran pembaca tentang siapakah sesungguhnya tokoh sentral (central character) dalam novel ini: Panca, Salman, atau Mbok Jinah? Pembaca punya kemerdekaan menentu-kannya dengan argumennya masing-masing. Ketiga tokoh tersebut sama-sama memiliki posisi penting dalam novel ini.
Sebagai saksi yang menuliskan fakta demi mengungkap kebenaran dan memperjuangkan nasib warga kota, tokoh Panca yang merepresentasikan jurnalis berhadapan dengan pilihan-pilihan yang harus dia renungkan melalui mata batin-nya: menuliskan dan mengungkap kebenaran atau membiar-kannya hilang tanpa jejak dan tulisan. Kisah upaya membung-kam jurnalis dengan amplop menjadi salah satu bagian mena-rik dari novel ini. Sebuah pilihan yang tak mudah diputuskan di tengah kehidupan ekonomi Panca yang pas-pasan. Apalagi ia tinggal di kota besar.
Latar yang disebutkan memang tidak mengacu pada nama kota tertentu di Indonesia namun melalui ciri-ciri dan karakteristik geografis dan gambaran sosio kulturalnya maka pembaca bisa mengasosiasikannya dengan kota tertentu. Dengan nama kota yang terkesan simbolis dan diciptakan oleh pengarang, maka kisah hidup wartawan dan orang-orang di sekitarnya justru tak terbatasi oleh memori pembaca atas kota nyata di Indonesia yang telah mereka kenal, namun jus-tru membawa pembaca pada gambaran-gambaran universal yang bisa terjadi di mana saja.
Novel ini menyuguhkan lanskap dunia jurnalis sebagai dunia yang seringkali tak terbatasi ruang dan waktu. Ia harus peka terhadap berbagai peristiwa pada waktu dan di mana saja. Dunia yang ternyata tidak selalu membuat seorang jurnalis hanya berkutat pada kerja-kerja jurnalistiknya, namun juga pada dunia sosial, dunia kepedulian pada sesama. Latar rumah sederhana Mbok Jinah di sebuah gang sempit yang di-jadikan tempat berkumpul para wartawan, setelah Mbok Jinah meninggal, membuktikan bahwa relasi para jurnalis dengan masyarakat bawah telah menciptakan inspirasi dan semangat perjuangan yang tak pernah lekang oleh ruang dan waktu.