Lihat ke Halaman Asli

Dibalik Bupati yang Hebat Terdapat Pembisik yang Kuat

Diperbarui: 10 Juli 2016   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari hampir hujan. Handphoneterus bergetar. Beberapa pesan dari grup WA masuk silih berganti. Satu pesan berupa kiriman link website menarik perhatian untuk dibaca. Saya putuskan untuk klik dan membacanya. Para pembisik kedunguan judul tulisan di website itu. Penulisnya ternyata kawan saya. Dia jurnalis di Malang.

Ditulisannya, dia menyoroti Presiden Joko Widodo. Intinya, tentang kebijakan Jokowi yang yang menimbulkan pro-kontra. Di tulisan itu, penulis menduga ada pembisik yang mempengaruhi pada keputusan Jokowi. Dari tulisan itulah akhirnya terjadi diskusi ringan di dunia nyata. Tentang pembisik.

Para pembisik menjadi profesi kekinian. Mereka kadang terlihat oleh publik. Kadang tak terlihat. Kadang pembisik bisa berselfie bersama dengan yang dibisik. Kadang bisa jadi hanya sebagai ‘tukang foto’ yang dibisiknya. Mereka yang bisa berselfie bersama dengan ‘koban’ biasanya dari kalangan luar. Sedangkan, ‘tukang foto’ juragannya itu dari kalangan internal. Kadang, mereka yang mengatur jadwalnya juga.

Profesi pembisik mulai mendapat tempat dihati para pemegang kekuasaan. Bagi saya, mereka datang dari berbagai kalangan. Tapi, rata-rata mereka datang dari kalangan atas. Seperti, pemuka agama, akademisi, pengusaha, penegak hukum, dan partai solitik eh maksud saya politik. Kadang pembisik juga bisa datang dari aktipis el es em. Bahkan, bisa juga seorang sartawan. Eh, salah lagi maksudnya wartawan.

Pembisik ada yang memang diminta oleh sang penguasa. Tapi, kadang ada juga yang tak diminta tapi selalu mbisiki’i.

Seambrek profesi bisa masuk sebagai pembisik. Gimana? keren kan menjadi para pembisik. Sayang, untuk menjadi pembisik tak ada pengumuman pembukaan lowongan seperti yang dipaparkan dikoran atau seperti yang diseber-sebar dilaman facebook hingga di share di grup WA dan BBM.

Seperti yang saya sebutkan tadi. ‘Korban’ para pembisik adalah pemegang kekuasaan. Sebut saja pemegang kekuasaan itu Bupati. Bila korbannya bupati, maka masyarakat harus bersiap untuk mengencangkan ikat pinggang agar bisa menahan lapar. Karena para pembisiknya bukanlah orang yang tahu tentang kepentingan masyarakat. Sebab, ditangan para pembisik-lah kemajuan sebuah daerah. Sehingga keluarlah istilah, ‘dibalik bupati yang hebat ada pembisik yangkuat’. He he he

Bila kondisinya seperti istilah diatas. Maka, lenyap sudah harapan generasi muda yang memiliki ide brilian untuk mengembangkan daerahnya. Tertutup sudah harapan masyarakat pinggiran yang ingin diperhatikan pemerintah.

Sebab, bupati ‘disetir’ oleh pembisiknya. Atau istilah lain. Tergantung pembisik kebijakan akan dibuat.

Nah, sekarang mari diurai para pembisik yang harus diwaspadai. Mirki (mirip kiai). Anggap saja mirki adalah sebuah istilah baru yang tidak pernah ada diperadaban dunia manapun. Sebab, ini istilah yang saya buat sendiri. Golongan mirki saya persembahkan bagi pembisik yang pacakane mirip seorang kiai. Berkopyah dan mengenakan sarung, wajahnya cerah sebab usai raup. Ditambah aksesoris sorban.

Kadang, bisikannya berbau saran pembangunan tempat ibadah ataupun lembaga pendidikan agama. Lantas, dia akan menyisipkan proposal bantuan milik lembaga pendidikannya agar sama-sama mendapat bantuan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline