Lihat ke Halaman Asli

Dari Kebersihan Pantai Sampai Pernyataan Cinta

Diperbarui: 12 Maret 2017   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku berjalan menuju pantai yang luas. Dulu pantai ini begitu bersih, kini berubah menjadi tumpukan sampah. Dulu pantai ini begitu indah dengan airnya yang biru, kini berubah menjadi biru kehitaman akibat sampah. Dulu hanya segelintir orang yang tahu pantai ini, sekarang banyak yang sudah tahu.

Aku ingat, dulu aku sering sekali ke pantai ini menikmati keindahan alam laut. Begitu tenang, tidak ada orang, dan angin yang begitu sepoi-sepoi. Tapi itu dulu, sekarang aku tidak suka lagi ke pantai ini.

Tapi … satu tahun kemudian, pantai ini berubah sedikit. Air pantai ini tetap biru kehitaman, sampah masih saja berserakan, namun tidak ada lagi orang yang datang. Mungkin karena pantai ini sudah tidak enak dipandang. Begitu juga dengan para pedagang, mereka meninggalkan lapak dagangannya begitu saja.

Ketika aku melihatnya, seakan-akan aku melihat pantai ini sedang menangis. Maka dari itu, aku putuskan untuk membersihkan pantai ini.

Sebulan aku membersihkan pantai ini, tidak menunjukkan perubahan berarti. Banyak warga yang mengolok-ngolokku. Mengatakan pekerjaanku tidak bergunalah, aku gilalah, dan lain-lain. Aku tidak menggubris perkataan warga.

“Sudah, tidak ada gunanya membersihkan pantai, itu pantai sudah sekarat.”

“Pantai itu memang dari dulu kotor. Ngapain kau bersihkan? Nggak guna.”

“Percuma semua gajimu hanya untuk pantai. Mendingan gajimu untuk bersenang-senang.”

Dan masih banyak lagi nasihat dari warga yang aku terima. Tapi aku tetap membulatkan tekad. Aku akan membersihkan pantai ini.

***

Aku adalah pegawai pemerintah di kota. Aku tinggal di desa ini, karena aku sangat suka suasana desa daripada kota. Walaupun perjalanan ke tempat kerjaku membutuhkan satu jam, tapi aku tidak peduli. Satu jam perjalanan itu tidak seberapa dibandingkan dengan ketenangan suasana desa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline